Pada zaman dahalu yaitu pada masa sultan-sultan di Palembang yang mengembangkan kekuasaannya kelubuklinggau, pada masa / zaman itu di Ulak Libo belum ada raja akan tetapi zaman itu siapa yang paling kuat/gerot itulah menjadi raja/raje. maka pada waktu itu masyarakat dari ulak libo/lebar rombongan dari Nenek Lahitan pindah atau hijrah ke suatu tempat dan belum ada yang menetap, maka sebagian masyarakat ulak libo/lebar hijrah selalu berpindah-pindah lalu rombongan tersebut berjalan menuju ke Petanang dengan menyelusuri/meretas sungai, jarak hijrah yang ditempuh pada waktu itu ± 15 km dari kota lubuklinggau.
Pada waktu hijrah dan masyarakat ulak libo/lebar sebelum menetap di petanang pada sebelumnya meraka menetap di Taba Ran Kilang, arti ran yaitu air yang bercabang/bercaka. Pada masa itu pimpinan di kendali oleh mangku desa/mangku adat dan dipimpin oleh ratu-ratu/marga. Nama pimpinan mangku adat yaitu Kumala Dewa. Kumala yang berarti batu yang berharga.
Setelah menetap sebentar di Taba Ran Kilang maka masyarakat ini meretes menyusuri sungai lalu mereka menetap sebentar di Lubuk Engan lalu tak lama kemudian mereka melakukan hijrah kembali dan sampailah di sebuah imbe/hutan yang belum pernah dijama oleh orang lain akan tetapi tempat yang mereka singga disana banyak sekali kayu petanang. Maka disanalah masyarakat yang berasal dari Ulak Libo/lebar yang menuju perjalanan menetap di Ran Kilang, Lubuk Engan lalu memilih tempat petanang sebagai sebuah desa dan kebun tempat berladang dan bersawah, tak lama kemudian sebagian masyarakat petanang meninggalkan tempat tinggal mereka dan memilih lokasi yang baru, ada yang berladang/betalang di Batu Pepe dan ada yang menetap di Dusun Baru Petanang. Lama-kelamaan tempat Dusun Baru Petanang menjadi dusun dan menetap, akan tetapi tempat mereka tinggal tak jauh dari tempat dusun lama/lame. Hingga sampai sekarang ini Dusun Lame sebagai tempat mencari usaha atau nafkah bagi masyarakat Petanang. Dusun Petanang ini tak lama kemudian sudah mulai ramai dan banyak penduduk lain yang berdatangan untuk menetap dan mencari usaha dan penghidupan.
Masyarakat yang berada di Dusun Petanang ataupun masyarakat lainnya menyebut dusun petanang ataupun mengenal petanang tetaplah dusun petanang karena disebabkan dusun petanang ini banyak terdapat kayu petanang, maka dusun petanang diambil dari kata kayu petanang sehingga menjadi nama dusun petanang.
Sebelum kota lubuk linggau menjadi kota madyah maka desa petanang masih diwilayah administarasi kecamatan linggau Barat, kabupaten Musi Rawas. Dengan adanya otonomi daerah maka desa petanang menjadi kelurahan Petanang dan tak lama kemudian ada kebijakan pemerintah setiap wilayah berhak mengatur wilayahnya sendiri maka kelurahan petanang akhirnya menjadi pusat administrasi pemerintahan didalam kecamatan lubuklinggau utara I dan kelurahan petanang pecah menjadi 2 desa, ada kelurahan petanang ulu dan kelurahan petanang ilir.
Secara administara desa petanang berbatasan
Sebelah utara : Kelurahan Petanang Ilir
Sebelah Timur : Desa Proyek, Belalau I
Sebelah barat : Bedeng, Belalau II
Sebalah selatan : Hutan Lindung
Nama pimpinan yang ada di petanang pada waktu dahulu
1. Raden Mas
2. Pangeran Mas
3. Pertas Tanjung
4. Pak Copet
5. Tan Tamberas (dipinggir air malus)
Diatas adalah nama-nama pemimpin yang pertama sekali yang memimpin Dusun Petanang dan ada juga terdapat penduduk asli yang sudah lama menetap yang pertama kali juga mereka adalah
1. Ali Kedum
2. H. Tekin
3. Aji Pakat
4. Mujin
Pada masa mangku adat pada tahun 1946 dan sampai ke kades maka masyarakat petanang di pimpin oleh Ginde-ginde mereka adalah
1. Pesirah Remitan
2. Ginde Semat
3. Ali Hamad
4. H. Tekin
5. Pak Jono
6. Maharab
7. Ali Matap
8. Ali Kenal
9. Aji Ahad
10. Ali Cambung
11. Jakeb
12. H. Ali Kidam
13. Zainul Abidin
14. Hatta
15. Aji Nur (Botet)
16. Zainul (Pak Pando)
Di masa ginde tersebut mereka juga mempunyai pimpinan juga yang di pegang oleh Pangeran yaitu Bapak Jahil dan dibawahnya adalah Demang sebagai pemegang kekuasaan untuk mengatur masyarakat banyak, masa demang ini pada tahun 1947 hingga akhirnya ada juga Pesirah di Bawah Kekuasaan Demang. Adapun nama pemimpin Pesirah sebagai berikut;
1. Naning
2. Jahul
3. Bamerab
4. Ebol
Masyarakat Petanang juga mempunyai Dukun bayi/beranak dari yang paling tua hingga sampai sekarang ini; nama-nama mereka dalah;
1. Siti Nur Bun (Calik)
2. Nung
3. Jiman
4. Dejut
5. Robiah
6. Cik Mah
7. Limu
Setelah masa kades habis maka berubah alih menjadi pemerintahan yang dipimpin oleh lurah;
1. Cik Ali
2. Riduan
3. Zainal Arifin
4. Muaji Rianto (Aji Klik)
5. Yuni arto (Juni)
6. M. Yunus, SE
Dahulu di Dusun Petanang juga pernah terdapat nama-nama penghulu dan hingga sampai saat ini
1. Ketib
2. P3NTR (Pembantu Pejabat Pencatat Nikah Tolak Rujuk)
3. P3N (Pembantu Pemerintah Pencatat Nikah)
4. P2U (Pembantu Penghulu Umum)
Nama-nama masyarakat yang pernah menjabat menjadi ketib/penghulu di Dusun Petanang dari zaman Ginde hingga sampai Kelurahan sekarang in;
1. Panimbang (1943 – 1942)
2. Ali Kedum (1942 – 1945)
3. Ali Henang (1946 – 1947)
4. Ali Kenal (1947 – 1979)
5. Syukur (1979 – 1981)
6. Syafi’I (1981 – 1983)
7. Malian (1983 – 1990)
8. Dul Anis (1990 – 2005)
9. Baharudin (2005 )
Nama-nama masyarakat sebagai pembantu pemerintahan didalam menjalankan Rukun Tetangga/Rukun Warga;
1. Arizal
2. Yusuf
3. Laham
4. Aji Sefar
5. Zainul
6. Wadiran
7. M. Yusuf
8. Katon
9. Kohir
10. Dul Anis
11. Amran
12. Ali Kawit
13. Sod
Kata-kata nasehat orang tua dahulu
“jangan maling, ngambik hak wang lain, kalo maling dihokom wang dan tabuang”
“benyak ngelong, benyak oleh”
“tototlah kuat, api jengan notot mosoh”
Sejarah dan Kejadian-kejadian Penting
Tahun Kejadian Penting
Jalan sudah dibuat pada waktu zaman belanda
1931 Perkebunan Belalau diambil Belanda dan dijajah dan melakukan perjanjian dengan Belanda, perkebunan tersebut di Sande/Hande oleh Pangeran dengan Belanda dengan Kontrak selama 35 tahun setalah habis masanya maka perkebunan tersebut balik/pulang kembali kerakyat masyarakat Petanang.
Sebelum 1942 Belanda Masuk Ke daerah Lubuklinggau
1942 Jepang Masuk Ke Indonesia dan ke Lubuklinggau
1945 Indonesia Merdeka
1946 Belanda masuk keindonesian dan ingin menjajah lagi
1962 Perang Saudara PRI
1965 Masuknya PKI
1967 Perang gerombolan polisi tentara kehutanan
1985 Pembuatan DAM
Masyarakat pernah ditangkap harimau, korban jiwa Ani, Darno, Serikat
Masyarakat petanang sudah menggunakan kendaraan mobil,
- H. Tekin
- Aji Lusin
- Bapak Muharap
2002 Desa petanang dimekar menjadi 2, petanang ulu dan ilir
1999 Kantor camat mulai dibangun
Masyarakat Petanang Melakukan Demo Menuntut Kembali Hak Atas Tanah Yang Telah Dijanjikan Kepada Masyarakat Petanang Terhadap Perjanjian Yang Dilakukan Oleh Pangeran Dan Belanda selama 35 tahun untuk dikembalikan lagi kepada masyarakat petanang, akan tetapi hak tersebut tidak sampai ½ bagian yang dikembalikan kepada masyarakat petanang
2003 Rumah Sekolah SMU 3 mulai dibangun
1998 Mulai dibangun Asrama brimob
2008 Terminal Tipe B dibangun dan diresmikan oleh Gubernur Alex Nurdin
2004-2005 Bangunan kantor lurah dibangun
2006 Depag
Bukti sejarah masyarakat Dusun Petanang
1. Bukit Jong, Bentuknya seperti Biduk/Perahu, bersemen dan sebagai tempat untuk mandi.
2. Bukit gah, disebabkan adanya sungai Ngelegah
3. Bukit Angos, bukit ini dikatakan hangus/angos dikarenakan pada musim kemarau bukit ini habis terbakar/hangus semuanya
4. Bukit Jembu/jambu, dikarenakan di bukit tersebut banyak terdapat jambu
Kebudayaan dan Kesenian
Kebudayaan masyarakat Petanang pada waktu dahulu adalah masih memakai cara lama seperti Harkah lame (sedekah lama) yang berfungsi untuk memanggil Penyege/penjaga masyarakat Petanang,
Syarat-syarat Sedekah;
o Ayam Putih Kuning
o Ayam Putih Pucat
o Ayam Kumbang
o Harabi
o Mokot
o Rap Kemiyan
Kesenian yang ada pada waktu dahulu adalah tari menari tari adat seperti;
o Tari Piring
o Tari Atat ( tari berhadapan antara bujang dan gadis)
o Tari silat, kutau
Alat yang digunakan berupa
o Kenong
o Gong
o Kelitang
o Biola
Pendidikan
Pendidikan pada waktu dahulu masyarakat Petanang sudah mengenal sekolah yang tempatnya di sebelah rumah Asif dan guru yang mengajar disana ada satu orang yaitu Pak Romli. Pelajaran yang diajarkan hanya pengenalan huruf saja, dari A – Z dan sehingga huruf tersebut disambung-sambung menjadi sebuah kata-kata supaya bisa dibaca . Alat untuk murid belajar pada waktu itu hanya menggunakan Alat Habak (Batu seperti batu asah) dan alat tulisnya adalah Grib seperti jangka, bila waktu belajar murid-murid menulis tulisan diatas Habak dengan menggunakan Grib akan tetapi setelah selesai menulis tulisan tersebut dihapus kembali dikarenakan pada waktu itu belum ada kertas/buku, pensil, pena untuk dipakai tulis menulis.
Di zaman orde baru hingga tahun 2000_an keatas mengenai pendidikan di kel. Petanang sudah terdapat bangunan sekolah seperti sekolah SD, SMP dan SMU, untuk masyarakat petanang dan disekitarnya sebagai proses belajar didalam menuntut ilmu, mencerdaskan anak bangsa dan juga wajib belajar 9 tahun yang dianjurkan oleh pemerintah indonesia
Kesehatan
Pada tahun 1947 masyarakat Petanang sudah ada Doktor yang menangani kesehatanbagi masyarakat banyak, namanya Pak Junet. Dalam ilmu kedoktoran cara bersunat pada waktu itu masih menggunakan alat tajam berupa Pisau akan tetapi sebelum melakukan sunat orang yang akan disunat harus beremdam terlebih dahulu diair/mandi agar tidak meresa sakit.
Pad tahun ….. pukesmas di Petanang telah dibangun dengan kata nama pukesmas pembantu bagi masyarakat petanang bila ingin berobat. Mantri yang bertugas di desa petanang namanya adalah Pak Arif. Apabila di pukesmas didalam berobat tidak memungkinkan biasanya dari Pukesmas di petanang langsung dibawah ke rumah sakit umum di kota Lubuklinggau.
Setalah otonomi daerah berjalan maka tahap pembangunan pemerintah banyak dialihkan ke arah lubuklinggau utara I dikarenakan lubuklinggau utara I baru dimekarkan menjadi kecamatan dan sebagai pusat kecamatannya kel. Petanang sebagai lokasi admistarasi pemerintahan dari beberapa desa di petanang. Dari otonomi daerah tersebut untuk sekarang ini dapat dirasakan banyak oleh masyarakat bahwa sudah ada dibangun pukesmas yang besar dilokasi petanang ilir sebagai pusat pengobatan bagi masyarakat banyak bila ingin berobat.
Tradisi Masyarakat Petanang
Sampai sekarang ini tradisi masyarakat petanang tak terlepas dari warisan nenek moyang leluhur mereka, dikarenakan warisan tersebut selalu melekat pada anak cucu. Apabila ada masyarakat Petanang ingin membangun/membuat rumah terlebih dahulu mereka harus sedekah terlebih dahulu yaitu sedekah ayam kumbang dan apabila ingin menunggunya maka terlebih dahulu harus pakai tepung (menepung). Pada waktu dahulu jenis rumah yang ada di petanang berupa rumah panggung yang menggunakan banyak kayu dan papan akan tetapi untuk sekarang ini masyarakat petanang banyak menggunakan rumah lepak atau rumah bawah yang berbeton dengan menggunakan bata.
Selain membangun rumah masyarakat petanang juga menggunakan kearifan local didalam berkebun/ume,. Sebelum membuka ume/ berkebun masyarakat petanang melakukan sedekah terlebih dahulu baik dari mulai membuka lahan, menugal padi dan pamennya. Akan tetapi didalam menugal padi didalam menabur padi didalam tugalannya menurut orang tua itu ada bacaannya dan juga didalam ngebat/mengikat padi juga memakai syarat.
Masyarakat petanang mempunyai tradisi dari zaman nenek moyang hingga sampai saat sekarang ini yang tak bisa ditinggalkan oleh kepada anak cucunya sebab tradisi tersebut sebagai warisan leluhur dan selalu melekat, adapun warisan atau tradisi yang ditinggalkan adalah tradisi Sabung Ayam. Didalam sabung ayam ini masyarakat Petanang saling berkumpul terlebih dahulu untuk melihat ayam yang dibawah atau untuk disabung apakah ayam tersebut mempunyai tua ataupun mempunyai celaka, apabila sudah melhat dan tau maka perundingan sabung ayam akan dilakukan dengan satu syarat bahwa ayam yang disabung apabila kalah akan diambil oleh si pemenang.
Sarana dan prasarana
• Bangunan sekolah, SD dan SD N2 sekarang diganti SD 75, SD 76 petanang,
• SLB (Sekolah Luar Biasa)
• Jalan umum sudah beraspal, jalan tani masyarakat masih berupa batu koral
• Kantor lurah, petanang 1 dan 2,
• Kantor camat
• perumahan wali kota
• Asrama Brimob
• Rumah sekolah SMP N 12
• SMU N 3
• TK
• Irigasi
• Pukesmas Petanang
• Terminal tipe B
• Balai desa
• Sumur
• Masjid
• Sepeda motor
• Mobil Pribadi, Taksi dan Tani
• Mesin jahit
• Listrik
Didalam kehidupan sehari-hari masyarakat didalam kebutuhannya terhadap air, masyarakat petanang menggunakan sumur untuk kebutuhan sehari-hari akan tetapi hanya sebagian orang saja yang sering menggunakan air irigasi dari DAM (Air Malus) sebagai untuk tempat mandi, cuci, berkolam dan membuang air besar.
Sarana yang paling menonjol pada masyarakat petanang saat ini adanya tranfortasi sepeda motor sebagai kebutuhan pribadi dan sebagian yang lainnya digunakan untuk mencari usaha seperti digunakan alat ojek.
Baru-baru ini di kelurahan petanang ilir telah dibangun terminal tipe B dan sudah diresmikan oleh Gubernur Palembang yaitu Alex Nuerdin, sebagai terminal untuk tempat usaha dan letak sarana tranportasi dan perekonomian masyarakat untuk mengembangkan usaha. Akan tetapi terminal tersebut belum digunakan sepenuhnya alias belum aktif bagi para pedagang, tetapi bagi kendara roda 4 itu sudah dipungut pajak retrebusinya.
Selain itu masyarakat petanang mempunyai lapangan bolla kaki yang berada di dekat asrama brimob sebagai sarana olahraga masyarakat. Selain permainan bola kaki ada juga permainan volley ball yang permainannya dilakukan hamper setiap sore hari.
Perekonomian dari sumber daya alam yang ada di dusun petanang
Petani karet (mayoritas)
Petani kopi
Sawah, padi sawah dan darat
Pedagang
Penduduk petanang pada dasarnya mayoristas mata pencaharinya adalah petani karet, dan padi. Ada sebagian masyarakat yang berkebun kopi. Untuk pertanian irigasi dalam bersawah masyarakat desa petanang mengandalkan air irigasi dari dam Air Malus yang terdapat di desa petanang sehingga irigasi tersebut bisa dialiri sampai 3 desa yaitu, desa petanang ulu, kampung jawa dan petanang ilir.
Program yang pernah dilakukan oleh pemerintah
Perbaikan irigasi
Pembuatan siring
Pembuatan jalan setapak
Pembuatan Jalan Ke TPU
Pembuatan pagar masjid
Pembuatan WC umum
Perbaikan Irigasi Persawahan melalui siring-siring kecil
Selain instruktur pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kelurahan ada juga program yang dilayani yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bagi masyarakat yang miskin ataupun tidak mampu. Untuk mendapatkan bantuan BLT tersebut sudah dilakukan survey dan kreteria masyarakat seperti apa yang akan mendaptkan BLT tersebut. Dari data yang diperoleh masyarakat yang mendapatkan BLT tidak hanya dilihat dari segi rumah ataupun kekayaan yang dimiliki akan tetapi ada juga penghasilan masyarakat dibawah Rp 700.000 per/bulan, maka masyarakat tersebut bisa mendapatkan BLT.
Tukang bangunan
• Yusuf
• Junin
• Edi Yum
• Heru
Lembaga desa
o Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
o Pemberdayaan Sosial Masyarakat (PSM)
o Karang Taruna
Sumber Data,
(Bapak Seher, H. Ali Kidam, Tarmizi, A. Rizal (ketua LPM), Hendra, Edi, Sanca, Abil)
Penelusi Sejarah : Abil
Selanjutnya......