Cerita Rakyat
Ada sebuah cerita yang sangat unik tetapi mengandung makna yang luar biasa. Dibawah rerumpunan tumbuhan disisi sebuah danau, hiduplah sekelompok kodok… Disana hidup seekor induk kodok dengan tiga anaknya. Induk kodok berkata : “ langit ada untuk kita, bumi ada untuk kita sehingga kita punya tempat tinggal ..! “ Menyenangkan… menyenangkan..menyenangkan para anak kodok bersorak gembira. “Air datang untuk kita, udara hadir untuk kita,” lanjut induk kodok berceramah. Asyik…! Asyik, asyik…! Sahut anak-anak kodok. Selanjutnya “Serangga terbang untuk kita, buah tumbuh untuk kita para kodok-kodok..” kata induk kodok sambil menikmati serangga yang dimakannya. Nikmat…nikmat..nikmat…!!! teriak anak-anak kodok bergembira menikmati makanannya. Wuzzzz…!! Tiba….tiba seekor ular mendadak menyambar ingin memangsa para kodok. Induk dan anak-anak kodok berlarian ketakutan…lari ada ular..!! . Tetapi salah satu anak kodok menjadi mangsa dari si ular. “ Mengerikan! Kasihan si kodok kecil yang malang !! menakutkan ! kata induk kodok bersama anak-anak kodok lainnya. Si ular dengan langkah dan bibir tersemyum pergi meninggalkan para kawanan kodok. “ Jangan bilang ular muncul untuk kita juga ? protes anak-anak kodok pada induknya. Induk Kodok berkata dengan bijaksana : “ benar, ular muncul dan datang untuk kita para kodok-kodok”. Jika tidak ada ular, para kodok akan menghabiskan segalanya dan menjadi terlalu banyak. Sehingga nanti tidak akan ada tempat untuk tinggal lagi,” lanjut induk kodok bijaksana. “Benar juga, ya..!” sahut para anak kodok berbarengan.
Dari cerita tersebut diatas dapat memberikan makna yang mendalam buat kita, bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini terdapat dua sisi yakni sisi baik dan buruk. Tidak ada baik atau buruk yang tetap di dunia ini. Setelah sesuatu terjadi, semuanya tergantung pada bagaimana kita memandangnya…baik atau buruk. Orang yang bijaksana dapat melihat sisi positif dari semua hal yang terjadi, apakah itu merugikan kita atu tidak ?. Tetapi kita sebagai manusia sering terjebak oleh egoisme kita sendiri, sehingga kita selalu hanya ingin menerima sesuatu yang baik saja yang terjadi pada diri kita, kita hanya mau menerima kegembiraan, kesejahteraan dan sebagainya, tetapi kita selalu menolak segala keburukan, kegagalan dan sebagainya. Sikap demikian adalah hal yang wajar saja, tidak mungkin ada orang yang lebih senang menerima keburukan dibanding dengan kebaikan, semua orang pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi sering kali dalam perjalanan hidup ini segala hal yang tidak terduga terjadi. Kebahagiaan, penderitaaan selalu datang silih berganti, ini merupakan sebuah paket hidup yang harus kita terima.
Dikatakan sebagai PAKET HIDUP karena Penderitaan tidak mungkin kita elak dan kebahagiaan juga tidak mungkin bisa kita tolak, ada penderitaan pasti ada kebahagiaan, ada kebahagiaan pasti ada penderitaan . Jika kita bisa memilih dalam hidup ini, pasti semua orang akan memilih Paket Hidup yang isinya hanya kebahagiaan saja, tetapi mungkin kah hal itu terjadi ? Buddha mengatakan hidup ini adalah penderitaan, jadi hidup adalah lingkaran penderitaan karena manusia lebih dikuasai oleh hawa nafsunya. Penderitaan timbul karena hawa nafsu seperti kemarahan, kebencian, keserakahan, keirihatian dan sebagainya. Hawa nafsu tidak mungkin bisa kita hilangkan tetapi hawa nafsu bisa kita tingkatkan manfaatnya. Hal ini kita kenal dengan prinsip “Hawa Nafsu adalah Kesadaran”. Jadi rumusnya untuk mencapai kebahagiaan adalah kita harus dapat mengambil hikmat baik dari setiap kejadian dan meningkatkan kualitas jiwa kita dengan merubah hawa nafsu menjadi kesadaran. Jadi disini yang dimaksud adalah Hawa Nafsu yang Positif.
Seperti cerita kodok diatas bahwa semua itu ada adalah untuk kita, penderitaan ada untuk kita, kebahagiaan ada untuk kita dan sebagainya. Bukankah hidup ini menjadi lebih berarti jika ada kedua-duanya, “ Semakin besar penderitaan maka semakin kuat jiwa kita untuk dapat menghadapi segala rintangan yang terjadi kemudian.” Kita mungkin pernah melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan. Setiap kali ia jatuh maka tubuhnya menjadi semakin kuat, begitu seterusnya sampai kemudian ia mampu berjalan. Menurut penelitian bahwa bayi yang sedang belajar berjalan, sangat baik jika ia mengalami kejatuhan, karena setiap kali ia jatuh maka seluruh tubuhnya akan merespon sehingga ia menjadi semakin kuat kakinya. Seharusnya kita juga demikian, semakin besar penderitaan yang kita alami semakin besar pula seharusnya semangat kita , kekuatan kita dan daya tahan kita terhadap penderitaan tersebut.
Nichiren Daishonin mengatakan : “ Believers of the Lotus Sutra are like Winter, Winter which never fails to turn into Spring. Never have I heard of a beleiver of the Lotus Sutra who remained only a common mortal..." ini berarti bahwa tidak mungkin sebuah penderitaan itu tidak ada akhirnya, kita harus mampu menerima penderitaan itu dengan hati yang tenang, sehingga kita dapat mengatasinya. Ketika kita menghadapi penderitaan, sikap yang seharusnya kita tunjukkan adalah sikap sebagai seorang Bodhisatva Muncul Dari Bumi. Yang menjadi masalah adalah ketika kita menghadapi sebuah kenyataan atau hal yang buruk, kita selalu menilai semua itu buruk tetapi kita tidak pernah berpikir secara positif bahwa apa yang terjadi sekarang ini adalah Buah Karma yang telah kita buat dan hanya merupakan akibat yang harus terjadi. Kita harus melihat sebuah persoalan dari kaca mata Buddha, bahwa segala sesuatu itu adalah baik untuk kita sebagai contoh ; kalau sekarang ini kita bangkrut karena ditipu orang lain, maka kita harus terima itu sebagai kenyataan bahwa semua ini bisa terjadi karena keserakahan kita, keteledoran kita sendiri dan sudah pasti untuk masa akan datang kita harus lebih hati-hati agar tidak terjebak untuk kedua kalinya. Ketika kita menghadapi sebuah penderitaan mestinya kita harus semakin dekat dengan Buddha. Dekat dengan Buddha maksudnya adalah bahwa kita harus lebih sungguh-sungguh percaya pada Gohonzon dan mau menjalankan kata – kata Buddha dengan lebih baik lagi.
Berikut ini saya mendapatkan sebuah bimbingan yang sangat berharga dari seseorang teman saya dari itali : “ Sometimes, however, problems area a gift. Of course we suffer because of these problems. But if it changes our life and we later become much happier, then the problem was in stead a great gift or benefit, that leads us to happiness. Right now, you are having a very difficult time. But as a result of your suffering, you have decided to try and become closer to real Buddhist faith and practice, closer to the Buddha's heart, so as a result, eventually you can attain enlightenment. In this way, maybe the problem has been leading you to the Buddha in order to make you become happier and happier.” Ini berarti bahwa kita harus menganggap penderitaan itu sebagai sebuah kado / hadiah, kita memang menderita karena persoalan ini tetapi jika kita ingin merubah hidup kita dan kemudian menjadi lebih bahagia maka anggaplah permasalahan itu seperti sebuah hadiah dan keuntungan, maka kita akan menjadi bahagia. Sekarang memang kita sedang menderita dan berada dalam kondisi yang sulit tetapi kita harus mencoba dan datang lebih dekat kepada semangat seorang buddhis dan pelaksanaan, lebih dekat dengan hati Buddha, maka sebagai hasilnya kamu akan mendapatkan jalan pemecahaanya. Mungkin saja kesulitan atau permasalahan ini merupakan sebuah jalan untuk kita menjadi lebih bahagia dan bahagia. Penderitaan adalah Hadiah untuk kita menjadi lebih bahagia pada masa mendatang.
Bagaimana caranya agar kita mampu menerima penderitaan itu seperti sebuah Kado / Hadiah yang baik buat kita ? memang bukan hal yang mudah, tetapi jika kita punya kemauan dan ingin merubah hidup kita, pasti kita akan mampu melewatinya.
Ada sebuah cerita yang sangat unik tetapi mengandung makna yang luar biasa. Dibawah rerumpunan tumbuhan disisi sebuah danau, hiduplah sekelompok kodok… Disana hidup seekor induk kodok dengan tiga anaknya. Induk kodok berkata : “ langit ada untuk kita, bumi ada untuk kita sehingga kita punya tempat tinggal ..! “ Menyenangkan… menyenangkan..menyenangkan para anak kodok bersorak gembira. “Air datang untuk kita, udara hadir untuk kita,” lanjut induk kodok berceramah. Asyik…! Asyik, asyik…! Sahut anak-anak kodok. Selanjutnya “Serangga terbang untuk kita, buah tumbuh untuk kita para kodok-kodok..” kata induk kodok sambil menikmati serangga yang dimakannya. Nikmat…nikmat..nikmat…!!! teriak anak-anak kodok bergembira menikmati makanannya. Wuzzzz…!! Tiba….tiba seekor ular mendadak menyambar ingin memangsa para kodok. Induk dan anak-anak kodok berlarian ketakutan…lari ada ular..!! . Tetapi salah satu anak kodok menjadi mangsa dari si ular. “ Mengerikan! Kasihan si kodok kecil yang malang !! menakutkan ! kata induk kodok bersama anak-anak kodok lainnya. Si ular dengan langkah dan bibir tersemyum pergi meninggalkan para kawanan kodok. “ Jangan bilang ular muncul untuk kita juga ? protes anak-anak kodok pada induknya. Induk Kodok berkata dengan bijaksana : “ benar, ular muncul dan datang untuk kita para kodok-kodok”. Jika tidak ada ular, para kodok akan menghabiskan segalanya dan menjadi terlalu banyak. Sehingga nanti tidak akan ada tempat untuk tinggal lagi,” lanjut induk kodok bijaksana. “Benar juga, ya..!” sahut para anak kodok berbarengan.
Dari cerita tersebut diatas dapat memberikan makna yang mendalam buat kita, bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini terdapat dua sisi yakni sisi baik dan buruk. Tidak ada baik atau buruk yang tetap di dunia ini. Setelah sesuatu terjadi, semuanya tergantung pada bagaimana kita memandangnya…baik atau buruk. Orang yang bijaksana dapat melihat sisi positif dari semua hal yang terjadi, apakah itu merugikan kita atu tidak ?. Tetapi kita sebagai manusia sering terjebak oleh egoisme kita sendiri, sehingga kita selalu hanya ingin menerima sesuatu yang baik saja yang terjadi pada diri kita, kita hanya mau menerima kegembiraan, kesejahteraan dan sebagainya, tetapi kita selalu menolak segala keburukan, kegagalan dan sebagainya. Sikap demikian adalah hal yang wajar saja, tidak mungkin ada orang yang lebih senang menerima keburukan dibanding dengan kebaikan, semua orang pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi sering kali dalam perjalanan hidup ini segala hal yang tidak terduga terjadi. Kebahagiaan, penderitaaan selalu datang silih berganti, ini merupakan sebuah paket hidup yang harus kita terima.
Dikatakan sebagai PAKET HIDUP karena Penderitaan tidak mungkin kita elak dan kebahagiaan juga tidak mungkin bisa kita tolak, ada penderitaan pasti ada kebahagiaan, ada kebahagiaan pasti ada penderitaan . Jika kita bisa memilih dalam hidup ini, pasti semua orang akan memilih Paket Hidup yang isinya hanya kebahagiaan saja, tetapi mungkin kah hal itu terjadi ? Buddha mengatakan hidup ini adalah penderitaan, jadi hidup adalah lingkaran penderitaan karena manusia lebih dikuasai oleh hawa nafsunya. Penderitaan timbul karena hawa nafsu seperti kemarahan, kebencian, keserakahan, keirihatian dan sebagainya. Hawa nafsu tidak mungkin bisa kita hilangkan tetapi hawa nafsu bisa kita tingkatkan manfaatnya. Hal ini kita kenal dengan prinsip “Hawa Nafsu adalah Kesadaran”. Jadi rumusnya untuk mencapai kebahagiaan adalah kita harus dapat mengambil hikmat baik dari setiap kejadian dan meningkatkan kualitas jiwa kita dengan merubah hawa nafsu menjadi kesadaran. Jadi disini yang dimaksud adalah Hawa Nafsu yang Positif.
Seperti cerita kodok diatas bahwa semua itu ada adalah untuk kita, penderitaan ada untuk kita, kebahagiaan ada untuk kita dan sebagainya. Bukankah hidup ini menjadi lebih berarti jika ada kedua-duanya, “ Semakin besar penderitaan maka semakin kuat jiwa kita untuk dapat menghadapi segala rintangan yang terjadi kemudian.” Kita mungkin pernah melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan. Setiap kali ia jatuh maka tubuhnya menjadi semakin kuat, begitu seterusnya sampai kemudian ia mampu berjalan. Menurut penelitian bahwa bayi yang sedang belajar berjalan, sangat baik jika ia mengalami kejatuhan, karena setiap kali ia jatuh maka seluruh tubuhnya akan merespon sehingga ia menjadi semakin kuat kakinya. Seharusnya kita juga demikian, semakin besar penderitaan yang kita alami semakin besar pula seharusnya semangat kita , kekuatan kita dan daya tahan kita terhadap penderitaan tersebut.
Nichiren Daishonin mengatakan : “ Believers of the Lotus Sutra are like Winter, Winter which never fails to turn into Spring. Never have I heard of a beleiver of the Lotus Sutra who remained only a common mortal..." ini berarti bahwa tidak mungkin sebuah penderitaan itu tidak ada akhirnya, kita harus mampu menerima penderitaan itu dengan hati yang tenang, sehingga kita dapat mengatasinya. Ketika kita menghadapi penderitaan, sikap yang seharusnya kita tunjukkan adalah sikap sebagai seorang Bodhisatva Muncul Dari Bumi. Yang menjadi masalah adalah ketika kita menghadapi sebuah kenyataan atau hal yang buruk, kita selalu menilai semua itu buruk tetapi kita tidak pernah berpikir secara positif bahwa apa yang terjadi sekarang ini adalah Buah Karma yang telah kita buat dan hanya merupakan akibat yang harus terjadi. Kita harus melihat sebuah persoalan dari kaca mata Buddha, bahwa segala sesuatu itu adalah baik untuk kita sebagai contoh ; kalau sekarang ini kita bangkrut karena ditipu orang lain, maka kita harus terima itu sebagai kenyataan bahwa semua ini bisa terjadi karena keserakahan kita, keteledoran kita sendiri dan sudah pasti untuk masa akan datang kita harus lebih hati-hati agar tidak terjebak untuk kedua kalinya. Ketika kita menghadapi sebuah penderitaan mestinya kita harus semakin dekat dengan Buddha. Dekat dengan Buddha maksudnya adalah bahwa kita harus lebih sungguh-sungguh percaya pada Gohonzon dan mau menjalankan kata – kata Buddha dengan lebih baik lagi.
Berikut ini saya mendapatkan sebuah bimbingan yang sangat berharga dari seseorang teman saya dari itali : “ Sometimes, however, problems area a gift. Of course we suffer because of these problems. But if it changes our life and we later become much happier, then the problem was in stead a great gift or benefit, that leads us to happiness. Right now, you are having a very difficult time. But as a result of your suffering, you have decided to try and become closer to real Buddhist faith and practice, closer to the Buddha's heart, so as a result, eventually you can attain enlightenment. In this way, maybe the problem has been leading you to the Buddha in order to make you become happier and happier.” Ini berarti bahwa kita harus menganggap penderitaan itu sebagai sebuah kado / hadiah, kita memang menderita karena persoalan ini tetapi jika kita ingin merubah hidup kita dan kemudian menjadi lebih bahagia maka anggaplah permasalahan itu seperti sebuah hadiah dan keuntungan, maka kita akan menjadi bahagia. Sekarang memang kita sedang menderita dan berada dalam kondisi yang sulit tetapi kita harus mencoba dan datang lebih dekat kepada semangat seorang buddhis dan pelaksanaan, lebih dekat dengan hati Buddha, maka sebagai hasilnya kamu akan mendapatkan jalan pemecahaanya. Mungkin saja kesulitan atau permasalahan ini merupakan sebuah jalan untuk kita menjadi lebih bahagia dan bahagia. Penderitaan adalah Hadiah untuk kita menjadi lebih bahagia pada masa mendatang.
Bagaimana caranya agar kita mampu menerima penderitaan itu seperti sebuah Kado / Hadiah yang baik buat kita ? memang bukan hal yang mudah, tetapi jika kita punya kemauan dan ingin merubah hidup kita, pasti kita akan mampu melewatinya.
- Percayalah Bahwa Penderitaan itu Hanya Sementara. Kebanyakan orang tidak mampu dan punya kekuatan untuk keluar dari penderitaan karena ia terlalu persimitis, tidak punya sebuah semangat pun dalam hatinya, yang ada hanya keluhan, kritikan, gerutuhan dan sebagainya. Ia selalu berpandangan bahwa sudah menjadi nasib hidupnya seperti ini, sehingga ia merasa tidak mungkin mampu merubah hidupnya lagi. Untuk keluar dari kesulitan, kita harus percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal begitu juga dengan penderitaan, hidup ini ibarat sebuah roda yang berputar, adakalanya kita dibawah tetapi adakalanya kita diatas. Kehidupan boleh berubah tetapi semangat dari hati harus seperti poros sebuah roda tetap tidak bisa dirubah-ubah. Semangat untuk hidup harus kita munculkan sehingga kita bisa memunculkan hati yang tenang dan prajna untuk keluar dari kesulitan.
- Kesulitan adalah Kado yang Tak Ternilai. Kita mungkin pernah mendengar bahwa Pengalaman adalah Guru yang Terbaik, semakin kita sering menderita maka akan semakin besar kebahagiaan yang pasti kita peroleh. Kita harus selalu belajar dari kesulitan dan permasalahan maka kita tidak akan pernah lagi menghadapi kesulitan yang sama. Orang bijak tidak jatuh kedua kalinya dalam lubang yang sama. Terimalah penderitaan sebagai penderitaan, nikmatilah kebahagiaan sebagai sebuah kewajaran, itulah kata-kata yang harus kita ingat dan ikuti.
- Semakin Kuat dalam Hati Kepercayaan. Perkuat hati kepercayaan kita kepada Gohonzon dan daimokulah selalu, karena ketika kita sedang dalam kesulitan, jiwa kita berada dalam tingkat yang terendah dan tertekan sehingga kita sulit menemukan jalan keluar (prajna) untuk mengatasinya. Ketika kita mendapatkan sebuah kesulitan sama seperti kita jatuh ke dalam sebuah sumur yang dalam, suasana yang gelap dan dingin membuat kita tidak punya sebuah kekuatan pun. Daimoku adalah ibarat sebuah tali yang diturunkan kedalam sumur yang akan membawa kita keluar dari dalam sumur yang gelap, sama seperti sebuah nyala lilin dalam kegelapan. Jadi duduklah didepan Gohonzon dan sebut Daimoku dengan seluruh kesungguhan hati, pasti kita akan mampu keluar dari kesulitan tersebut.
- Kesulitan Besar adalah awal dari Kebahagiaan Besar. Apakah ada sesuatu yang mudah di dunia ini ?, sejak kecil kita juga sudah harus berjuang untuk hidup, demikian juga untuk mencapai sebuah kebahagian dalam hidup juga harus disertai perjuangan yang tidak sedikit. Ketika kita menghadapi sebuah kesulitan hendaknya kita harus melihat hal itu secara positif dan jernih dan kita harus yakin bahwa dibalik sebuah kesulitan pasti terdapat kebahagian. Menderita atau Bahagia semuanya terdapat dalam suasana jiwa kita yang terjadi akibat dari hubungan kita dengan dunia luar atau lingkungan kita. Jadi yang menjadi masalah bukan lingkungannya tetapi perasaan diri kita sendiri, sebagai contoh ; pada jaman dulu, orang tidak punya handphone bukanlah sebuah penderitaan tetapi saat sekarang banyak generasi muda yang tidak dapat memiliki handphone menganggap hidup mereka menderita, semua ini karena ketidakkendalian hawa nafsu kita sendiri.
- Tidak ada yang sempurna. Salah satu sumber penderitaan kita adalah selalu mengharapkan orang lain sempurna seperti apa yang kita inginkan. Semua orang harus kelihatan sempurna, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan dan ia selalu merasa dirinya paling benar, paling sempurna dan sebagainya, semua ini adalah sikap-sikap dari dunia kesombongan dan egoisme yang kuat. Ketika ia melihat orang lain tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan maka ia menjadi menderita. Buanglah sikap seperti ini karena tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini dan tidak mungkin ada gading yang tidak retak. Jika kita dapat mengatasi sikap yang satu ini, maka hidup kita menjadi lebih tenang dan bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar