Nama saya Rahabillah Firdha, tempat tanggal lahir Kel. Petanang ulu 3 Juli 1986 di Kota Lubuklinggau. Panggilan sehari-hari dalam keluarga adalah Abil atau Habil, saya anak ke-2 dari 4 saudara (laki-laki semua) tetapi saudara kami laki-laki semua anak pertamanya namanya Sanca Firdaus, kedua Rahabillah Firdah, ketiga Randi Satria dan yang ke empat namanya Dalung Putra. Sejak kecil saya tinggal di lubuklinggau yang bertempatan di Kel. Petanang Ulu, Kec. Lubuklinggau Utara 1 Kota Lubuklinggau. Sebanarnya orang tua saya berasal dari suku yang berbeda, kalau bapak berasal dari Lubuklinggau sedangkan ibu saya dari Desa Noman, Muara Rupit.
Di kelurahan Petanang ini saya disekolahkan oleh kedua orang tua saya dari kelas 1 SD (Sekolah Dasar) sampai kelas 2 SD, kemudian dilanjutkan pindah sekolah di daerah ibu saya namanya desa Noman, Muara Rupit. Disana kehidupannya tidak jauh berbeda dari kehidupan yang ada di Lubuklinggau akan tetapi hanya berbeda bahasa saja. Tak lama kemudian hanya 1 tahun saya di desa noman setelah itu kami pindah lagi ke Lubuklinggau Desa Petanang, dari sinilah saya meneruskan sekolah saya hingga menyelesai tamat Sekolah Dasar Negeri 2 Lubuklinggau Barat.
Dari tamat sekolah dasar ini saya belum memilih sekolah yang mana harus saya jalani dan terserah apa mau orang tua, sehingga orang tua saya memutuskan untuk di sekolahkan di Pondok pesantren saja, harapan besar telah ditumpuhkan kepada saya, untuk bisa menjadi anak yang patuh kepada orang tua dan dari ilmu tersebut bisa diajarkan kepada adik-adik saya sehingga bisa dikatakan ilmu yang bermanfaat.
Di Asrama saya tinggal dari kelas 1 MTS hingga sampai kelulusan di Sekolah ini, kehidupan di asrama banyak sekali tantangan dan pengelaman saya mengenai kehidupan bersama teman-teman perantau yang sama-sama mencari ilmu. Di asrama sebenarnya aturan-aturan sangatlah ketat dan apabila aturan tersebut dilanggar maka hukuman telah menantikan kita. Sebenarnya disana jadwal telah disediakan atau telah ditempel didinding-dinding ruangan sehingga santri-santri yang lain bisa melihat dan memahami dari apa aturan yang telah dibuat oleh Pimpinan Pondok. O ya dipondok ini dipimpin oleh Pimpinan Pondok namanya Ustadz Sultoni, Ibu Zubaidah, ayah H. Kemas Hanan dan beserta jajarannya yang berasal dari jawa.
Tinggal diasrama banyak sekali mengisahkan kisah sedih ataupun duka yang terjadi pada diri kita, disana kita tidur dari jam 11 atau 12 malam dan bangunnya jam 4 pagi, dari jam 4 pagi semua santri haruslah bangun shubuh untuk mempersiapkan diri untuk menunai ibadah sholat shubuh. setelah sholah shubuh selesai maka dilanjutkan belajar membaca Al-qur’an yang dimulai dari belajar iqro’ sampai belajar Tafsif, bila siang harinya digunakan untuk belajar sekolah, atau Madrasah Tsanawiyah dan juga Aliayah. Di Pon-pes ini santri-santrinya terbagi menjadi 4 kelompok,
Ini adalah cerita pengelaman pribadi saya selama ada di Pondok-pesantren Ittihadul Ulum (Gudang Ilmu) dan diatas adalah jadwal pengajianya saya, lalu selain itu juga kami belajar pendidikan Diniah yaitu pendidikan agama islam dari mulai jam 8.30 hingga sampai jam 11 siang dan ini setiap hari dilakukan selain hari minggu karena hari minggu digunakan untuk istirahat dan kebersihan. Adapun Pelajaran yang telah diajarkan kepada kami yaitu Ilmu tajwid, Qur’an Hadits, Aqidah akhlak, Buhuhul Marom, Tafsir Jalalen, Fiqih, dll.
Disana waktu sangatlah terjaga karena waktu sudah dibatasin dan aturan sudah ditetapkan sebelum kami ada di sana dan bila pagi harinya kita semua mengambil nasi sesuai dengan porsi dan jatah yang ada misalnya nasinya hanya 1 mangkok/piring maka yang lain akan mendapatkan 1 mangkok/piring juga, dan sayurnya juga begitu. Kalau kita bandingkan dengan dirumah jauh sekali dengan masakan ibu kita dirumah karena enak, sedangkan masakan disana terkadang asing, terkadang tawar. O ya untuk menu sarapan dipagi harinya biasanya adalah nasi goreng + satu kerupuk dan itu terus menerus dan sekali-sekali mie juga dan bila siang harinya menu ini juga tidak teratur, terkadang sayur kubis, labu siam, sawih, kacang dan lain sebagainya,l pokoknya semua itu mengandung sayur-sayuran. dan bila sore harinya untuk makan malam biasanya ini sedikit enak-enak juga menunya terkadang, sambel tempe, tahu, ikan asing, telur dan sekali-sekali daging juga. O ya kami santri disana sering juga diundang juga oleh sebagian orang yang hajatan ataupun acara pernikahan, sedekahan, yasinan, tadarusan dll. Menurut orang yang telah mengudangkan kami atau pon-pes tempat kami belajar bahwa do’a yang dipajatkan dan keinginan yang belum tercapat maka cepat tercapat dengan kata istilah do’a santri mudah terkabulkan.
Di pon-pes ini saya mempunyai pengelaman yang tak kan pernah terlupakan adalah pada waktu sebelum sholat subuh dan hampir semua orang kesiangan bangun pagi dan kami semua di sebat/dipukul pakai sebilah kayu rotan oleh bapak dan ibu pimpinan kami di asrama, meskipun kayu rotanya adalah kecil dan rasanya sangat menyakitkan dan juga menimbulkan bakat sebentar dikaki dan spontan semuanya terbangun dari tidur dan bergegas mengambil air wudhu untuk pergi ke Mushollah untuk menunaikan ibadah sholat Subuh dan bila malam harinya kami semua santri belajar bersama yaitu ilmu hadist, tafsir dan riwayat-riwat hadist tentang cerita perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga menjadi contoh buat kita semua.
Setelah selesai menempuh pendidikan menengah pertama atau MTs, saya selanjutnya tidak lagi tinggal di Asrama dan saya melanjutkan SMA yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota lubuklinggau (MAN I) yang sekarang ini menjadi MAN Model sebagai sekolah percontohan dan jarak sekolahan ini tidak jauh dari rumah nenek saya hanya berjalan kaki saja dan sehingga kalau hitung-hitung penghematan biaya juga terutama ongkos pulang pergi untuk menuju sekolah MAN I dan Dirumah bersama keluarga, ada nenek, mamang, bibik, dan adik saya juga. Tahun pertama masuk sekolah MAN 1 lubuklinggau saya juga ikut organisasi Rohis, Teater dll, kami juga sering mengadakan namanya Tafakur Alam dan jalan-jalan bersama teman-teman untuk melihat kawasan wisata kota lubuklinggau. Mengikuti teater seni ternyata sangatlah menyenangkan sekali karena disana semua peran diperagakan dan dipraktek secara langsung dan tidak boleh ragu-ragu untuk bisa tampil yang lebih maximal. Di dalam teater ini ada juga seni vokal dan suara kita harus diuji terlebih dahulu dan kami sebagai murid baru di ajak oleh Pak Martue untuk bisa mengeluarkan suara atau untuk mendapatkan vokal yang hidup misalnya menyebut huruf vokal A, I, U, E , O dan menyebut huruf ini haruslah berulang-ulang sambil berteriak-teriak di tempat air terterjun di kawasan Wisata Watervang kota Lubuklinggau.
Dalam pendidikan baru itu hanya ada 2 semester untuk bisa naik ke kelas 2 nya. dalam satu semester nilai saya hanya mencapai standar saja akan tetapi masih masuk termasuk 10 besar juga, walaupun sedikit bodoh dari yang pinter-pinter. Memasukin semester ke 2 adalah kenaikan kelas 1 untuk bisa naik ke kelas tiga dan pada waktu itu nilai saya sangat memuaskan sekali hanya mendapat rengking 3 dari 10 besar. Memasuki ajaran baru, lokal baru, teman-teman juga baru kami di bagi beberapa kelas dan kami mendapat kelas yang pertama yaitu kelas 2 1 kalau kemaren kelas 1 nya mendapat lokal/ruangan kelas 1. 3 dan sekarang adalah lokal awal. Dari kelas 2.1 ini semua siswa harus bersaing untuk mendapatkan peringkat yang lebih baik atau yang berhasil karena di kelas 2.1 ini persaingnya sudah Nampak untuk bisa mendapat nilai yang maxsimal dan hasilnya yang diharapkan, dalam semester pertama nilaiku meningkat sekitar 10 angka dari kelas 1 yang kemaren akan tetapi rengking kita hampir standar di atas 10 keatas dan ini menjadi pelajaran bagi saya untuk bisa giat kembali belajar. Sebanarnya kelas 2 1 ini adalah tempat-tempat siswa-siswa yang mendapat peringkat atau rengking dari 1 sampai 3 yang sudah dipilih oleh wakil kepala sekolah dan otomatis persaingan untuk bisa mencapai nilai yang tinggi harus berusaha dan berjuang keras. Semester pertama telah menjadi pelajaran bagi diriku untuk bisa lebih giat lagi didalam belajar untuk bisa naik ke kelas 3. Memasuki semester genap dan akan ada penaikan kelas dan hasil nilai saya juga naik akan tetapi rengking 20-an ke atas dan ini membuat diriku pasrah saja dan berpikir saya kurang belajar dan kurang memahami pelajaran tersebut dan pada waktu itu nilai saya yang jatuh pada mata pelajaran bahasa inggris dan mematika karena di dalam bidang pelajaran tersebut di otak saya kurang menangkap dan pada akhirnya sampai sekarang masih menghantui didalam pikiran saya. Dari kelas 1 sampai ke kelas 2 dan pada akhirnya naik juga ke kelas 3 MAN I Lubuklinggau, Akan tetapi dari kenaikan kelas ini, naik ke kelas 3 nya semua di seleksi untuk memilih jurusan yang mana yang akan diambil. Saya tak mau ambil pusing dan menentukan pilihan memilih jurusan IPS saja karena kalau mau masuk IPA kemampuanku terbatas, karena lemah didalam berhitung. Kami seluruh kelas 3, bagi IPS itu semua orang-orang atau siswa-siswi dipilih dan sudah dikelompokkan oleh pengurus sekolah dan disana sudah dijelaskan bahwa di dalam setiap kelas harus dimasukkan orang yang sedikit pintar-pintar karena ini akan menjadi daya saing antar kelas. Kami siswa yang kelas 3 hanya mempunyai 5 lokal diantaranya 1 untuk kelas IPA dan 4 untuk kelas IPS dan untuk kelas IPS ini telah diatur oleh kepengurusan sekolah nama-nama siapa saja yang akan dimasukan ke kelas IPS 1,2,3 dan 4. Pada akhirnya saya masuk ke kelas IPS 3 dan di kelas ini saya juga menemukan teman yang pernah 1 kelas dengan saya baik itu dari kelas 1 maupun kelas 2. kelas 3 dan lokal baru jadi kepengurusan baru, maka kami memilih siapa saja yang akan menjadi ketua kelasnya atau siapa saja yang sanggup, maka disana dipilihlah beberapa teman saya untuk bisa menjadi pngurus kelas dan orang-orangnya dipilih badannya sedikit besar agar sedikit disegani atau ditakuti.
Di kelas 3 ini saya memutuskan untuk pulang kerumah dan tidak lagi tinggal dirumah nenek karena saya berpikir ingin mencoba bagaimana sekolah kalau dari rumah saja dan bisa membantu orang tua walau hanya ada waktu sedikit. Di kelas 3 ini saya coba bekerja keras agar tidak tergantung dengan orang tau maka sehabis pulang sekolah sekitar jam 3 sore saya sampai dirumah dan istirahat 1 jam kemudian saya langsung pergi kekebun untuk menyadap karet yang tempatnya tidak jauh dari pemukiman hanya di tempuh 10 menit perjalanan dengan berjalan kaki. O ya di dalam menyadap karet/motong karet ini sudah saya tenuni sejak kelas 4 SD. Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan oleh orang tua saya bagaimana cara menyadap karet dan belajar mencetaknya juga supaya menjadi petak dan bisa menghasilkan uang. Dialam menyadap karet ini sebanarnya keberanian saya pada waktu mengejakan/menyadap karet sendirian di kebun dimulai sejak kelas 5 SD karena dari sana saya sudah mulai melakukan keberania di hutan sendirian dan itu lama-kelamaan membuat saya berani dan tidak perlu lagi ditemani oleh orang tua. Di dalam menyadap karet ini sebenarnya hampir Setiap hari saya melakukan itu untuk bisa meringankan beban biaya yang dikeluarkan orang tua saya dan dari hasil karet tersebut saya gunakan untuk ongkos sekolah saja dan apabila ada pembayaran SPP atau pun pembayaran buku maka saya hanya bisa minta uang kepada orang tua untuk bisa menambah melunasi pembayaran yang kurang dari pembayaran tersebut. Mengenai sifat Saya, orangnya tidak pernah meminta apapun kepada orang tua apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak, apapun yang orang tua berikan kepada saya, saya terima saja dan apabila ia bilang ini cukup apa tidak dan saya jawab ini sudah cukup, padahal sebenarnya ini masih kurang sedikit dan saya sebenarnya masih mempunyai 2 (dua) orang adek yang masih sekolah, dan yang paling kecil kelas 6 SD dan yang no 3 masih MTS sekolah di Pondek Pesantren Lukmanul Hakim yang ada di Kelurahan Petanang Ilir Kecamatan Lubuklinggau Utara I dan ia semua butuh biaya dari orang tua dan sifat mereka sedikit berbeda dengan saya karena apabila ada kemauan tak bisa/dapat ditahankan lagi, dan mereka juga merepotkan orang tua sebenarnya, saya selaku kakak mencoba selalu menasehati dan memberikan jalan agar tidak selalu memojokkan orang tua apabila ada kemauan dan itu perlahan-lahan bisa diterima oleh mereka.
Di rumah ini konsentrasi belajar saya kurang maximal karena disibukkan dengan kerjaan dikebun disore harinya dan bila malam hari biasanya saya gabung dengan teman-teman hingga sampai jam 12-an. Karena sering pulang malam orang tua saya bilang, Nak,, jangan lupa belajarnya nanti tidak lulus. Dari sini harapan orang tua sangatlah besar terhadap anaknya untuk bisa lulus tamat SMA dan saya juga berusaha semaximal mungkin untuk bisa menyenangi orang tua dan di kelas tiga ini orang tua saya juga bernazar, apabila anaknya nanti lulus maka ia semburkan beras sama kunyut di tanah sebagai pelepas beban yang orang tua tanggung selama ini dan juga bersyukur atas kelulusan saya. Dalam semester pertama dikelas 3 IPS 3 nilai yang saya hasilkan ternyata memuaskan dan membuahkan hasil juga walau hanya masuk 10 besar dari 40 siswa dan orang tua sedikt bangga juga melihat hasil tersebut walaupun anaknya ini jarang belajar. Memasuki semester kenaikan dan orang tua saya menyuruh agar tetap di rumah nenek saja agar konsentrasi belajar difokuskan, akan tetapi saya masih dirumah dan melakukan kebiasaan sehabis pulang sekolah yaitu menyadap karet. Kerjaan ini saya hentikan 1 bulan sebelum ujian nasional dilakukan dan saya tinggal lagi di tempat nenek untuk bisa belajar dan lulus dalam ujian dan ini menentukan masa depan dan harapan orang tua terhadap anaknya. Dalam ujian tersebut untuk IPS nya itu hanya Bahasa indonesia, Bahasa inggris dan ekonomi dan hasil ujian tersebut ternyata kita dinyatakan lulus kerena telah melewati target nilai standar Ujian Nasional, akan tetapi kalau melihat nilai yang ada di buku rapot kita masih bertahan di dalam 10 besar walau hanya rengking 8.
Dari lulus sekolah ini ada sebuah kebingunan dan kebimbangan karena banyak semua teman-teman untuk meneruskan keperguruan tinggi (kuliah), Kursus computer dan banyak juga yang tes untuk bisa menjadi Polisi dan tentara. Semua teman-teman sudah merencanakan sedangkan saya belum menentukan jalan yang mana yang akan dituju. Pada malam harinya semua keluarga berkumpul semua, ada bapak, ibu, kakak, dan adik-adik sambil nonton tv bersama dan disana lah saya utarakan keinginan diriku kepada orang tua yaitu untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi lagi dan apila disetujui maka saya akan mengambil di bidang keagamaan Perguruan STAIN Curup atau di STAIS kota Lubuklinggau saja. Setelah selesai mengutarakan maksud saya maka orang tua saya menjawab dalam tahun ini belum bisa untuk kuliah karena sekarang ini adik-adik saya masih butuh biaya untuk sekolah dan orang tua juga meminta tolong untuk membantu adik-adik saya juga agar bisa lulus sekolah dan tahun depan saya bisa mengenyam/melanjutkan keperguruan tinggi apa yang telah saya inginkan. Dari penjelasan orang tua saya tadi sebenarnya sedikit terdapat kekecewa terhadap orang tua yang belum bisa mendukung anaknya untuk bisa mengenyam pendidikan perguruan tinggi, dan dari itu orang tua dan saya memberikan jalan kepada adik-adik saya agar sekolah dengan baik-baik dan jangan suka bolos ataupun berbohong karena kalau disekolahan kita sering mengikuti jejak teman, kalau mau bolos kita juga ikut bolos dan akibatnya akan patal dan orang tua akan dipanggil dan menghadap guru agar supaya kejadian tersebut jangan sampai terjadi.
Dari tamat sekolah ini saya mencoba untuk mencari kerja dan itu saya dapatkan karena diajak oleh teman saya untuk bekerja di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari kota lubuklinggau. Bekerja di rumah makan ini waktu saya tak panjang/betah karena hanya 2 bulan saja, karena disana saya tidak tahan ataupun kerasan terhadap yang punya rumah makan tersebut, dan saya sebenarnya butuh kebebesan maka dari itu saya pamit dan ingin pulang dan mau mencari kerjaan lain saja dan itu diterima ibu yang mempunyai rumah makan tersebut. Hampir 1 bulan saya di rumah dan membantu orang tua saya maka saya kerumah nenek dan mamang dan mereka memberikan peluang jalan usaha yang sudah lama tidak dijadikan/dikerjakan selama ini kepada saya untuk mengelola Lahan sawah yang ada diRawa namanya sungai limau untuk bisa dijadikan sawah. Sawah yang berada di rawa tersebut sudah lama tidak dijadikan hampir 17 tahun lamanya dan ini tantangan bagi saya. Nenek saya bilang bahwa sebenarnya lahan yang ada sekarang ini adalah bagian kalian dan sudah diberikan kepada orang tua saya akan tetapi orang tua saya tidak bisa mengelola sawah tersebut di karenakan orang tua saya tidak bisa bertani sawah, dari penjelsan nenek tersebut saya baru mengetahuinya, maka untuk sekarang saya mulai mengelola sawah tersebut dari mulai yang paling awal, dari menebas, mengatur air dan membuat petaknya dan ini menjadi tantangn bagi saya karena banyak sekali ular-ular yang keluar dari semak belukar pada waktu mencetak kembali lahan ini untuk dijadikan sawah kembali.
Didalam membuat petak atau pematang ini waktu yang telah habis terpakai lebih kurang 4 bulan lamanya karena sawah ini adalah termasuk rawa-rawa juga dan masih banyak gambutnya. Menurut wawak, mamang dan yang lainnya kalau ada gambut di dalam pematang tersebut jangan dibuang dan gambut-gambut tersebut lama-lama akan lapuk dan menjadi pupuk.
Setelah proses pembuatan pematang selesai maka saya melakukan pembibitan padi untuk disemai, padi yang saya pilih adalah bibit padi serang, kebanyakan kata orang jenis padi ini sangat bagus dan tahan juga untuk daerah rawa. Maka awal pembukaan lahan ini saya semaikan bibit padi 1 kaleng lebih sedikit untuk ditanam. Dalam bertani menyemaikan padi pertama padi harus di jemur terlebih dahulu, dan ditampi kembali agar menghasilkan bibit yang benas/berisi, setelah itu maka bibit padi ini di rendam di air selama 1 malam lalu diangkat dikeringkan selam 1 hari, 1 malam dengan maksud agar ada Nampak mata padi/bintiknya yang keluar setelah itu baru disemaikan. Dari semaian tersebut bibit padi supaya bisa ditanam harus berumur diatas lebih kurang 20 keatas agar sedikit tua dan tidak mudah terserang penyakit. Sebelum bibit padi ini ditanam terlebih dahulu padi tersebut harus di semprot pakai Decis (bayer), Baycap terlebih dahulu agar tidak mudah diserang penyakit seperti ulat atau belalang.
Proses penanaman padi dilakukan selama 5 hari berturut-turut karena dikerjakan secara kekeluargaan, disana ada ibu, nenek, bibik, mamang, kakak, dan adik-adik yang ikut membantu dalam penanaman padi dan ini saling membatu sebab sawahnya berdekatan dengan kita. Pada waktu penanaman padi semua air dimatikan dan tidak boleh dimasukan air kedalam sawah, maka dalam waktu 5 hari atau 1 minggu barulah air bisa dimasukkan untuk bisa menghidupkan kembali tananam padi yang sudah ditanam. Dalam mengatur air ini terkadang air dimasukkan dan dikeringkan kembali selama 4 atau 5 hari dikarenakan fungsi pengeringan tersebut untuk membiarkan atau mengembangkan anak-anak bibit padi agar membiak walaupun bibit padi tersebut kita tanam hanya 2 atau 3 rumpun kemudian bisa menjadi 7 atau 8 rumpun.
Pada waktu bibit padi berumur sekitar 25-an keatas maka padi sudah waktunya untuk dipupuk dan disemprot agar ia mendapatkan makanan untuk kesuburan dan pembuahan dari hasil pupuk yang diberikan. Bertani sawah sebenarnya kita harus rajin untuk merawatnya terutama membuat rumput agar tidak tumbuh yang ada di dalam sawah ataupun di pematang sawah agar tidak mengganggu pembuahan padi dan agar hasilnya mendapat yang lebih baik. Kata orang bila bertani padi pada umur 100 hari, padi akan mulai menampakkan buahnya dan mendekati 4 bulan baru tanaman padi bisa dipanenkan. Lebih kurang pas 4 bulan padi yang kami tanam membuahkan hasil dan hanya bisa mencukupi untuk beberapa bulan dan sampai kepenaman berikutnya.
Pada bulan berikutnya saya melanjutkan kembali bersawah padi dan menggunakan bibit padi Mikongga, yang kami ambil dari dinas pertanian yang ada di Mirasi, konon katanya bibit ini bagus maka kami juga mencoba bibit tersebut untuk kami tanam dan ternyata hasilnya tidak jauh dari bibit padi yang sudah ditanam yang selama ini.
Tak lama kemudian dari bertani sawah saya pergi kebengkulu bersama Arif (Candra) dan Regen untuk mencari pengelaman yang lain dan sesampai di Bengkulu saya dan Regen (Nage) menuju satu Arah yaitu Daerah Penurunan sedangkan Arif menuju Rawa Makmur karena kembali ke kosannya dan untuk melanjutkan kuliahnya di UNIB jurusan pertanian. Sesampai di Rumah saya tidak menyangka rumah yang kami tempati ini digunakan untuk kantor namanya ALIANSI MASYARAKAT ADAT BENGKULU (AMA-Bengkulu) dan disana saya berkenalan dengan kakak-kakak yang lain yang bekerja di Ama-Bengkulu. Di Bengkulu pada awal sebenarnya hanya main dan jalan-jalan saja bersama Regen dan Arif akan tetapi bila ada kerjaan saya bisa bekerja juga. Di kantor Ama-Bengkulu ini saya hanya menginap 2 malam dan saya pergi ke Tempat kosan Arif dan nginap disana dan baru 2 hari ditempat Arif kebetulan arif ada kerjaan dan pulang ke lubuklinggau dan akan kembali selama 1 minggu dan otomatis saya sendirian disini, dan saya juga diberi amanat untuk bisa menjaga kosan dan barang-barangnya dan itu saya jalani selama Ia belum pulang kebengkulu lagi. Pada waktu ia kembali lagi kebengkulu dan saya juga mohon pamit untuk kembali lagi ke lubuklinggau lagi dan melanjutkan kerjaan seperti biasa dan membantu orang tua di kebun.
Beberapa bulan kemudian saudara regen pulang ke lubuklinggau dan tidak ingin lagi bekerja dibengkulu maka sebagai penggantinya adalah saya untuk bisa melanjutkan kerjaan saudara Regen. Maka saya diterima kerja di AMA-Bengkulu yang dipimpin oleh SEKJEN AMA-Bengkulu yaitu Bapak Erwin. S Basrin dan bertemu juga dengan Bapak Nazarudin yang sama-sama berasal dari lembak juga dan banyak bercerita juga bagaimana sebelum bekerja di Ama-Bengkulu setelah itu disuruh langsung menghadap bendahara yaitu Ayuk Messy selaku keuangan Ama-bengkulu dan disana saya dijelaskan secara detil-detilnya mengenai kerjaan di Ama-bengkulu. Di Ama-Bengkulu saya belajar dari yang awal atau dari yang NOL sama sekali tidak tahu hingga sampai tahu. Di Ama-Bengkulu ini ternyata juga ada Lembaga Akar yang Didirikan Oleh Bapak Erwin S Basrin dan Bapak Pipian Subirto. Di Kantor AMA-Bengkulu ini saya banyak mendapat pelajaran yang banyak dari kakak-kakak yang ada di AMA-Bengkulu, pengelaman yang berharga telah saya dapatkan dari kakak-kakak yang lain, dari memegang sapu, kuali, membuat kopi, belajar computer dan dikirimkan kelapangan untuk belajar bagaimana kehidupan masyarakat yang kita lihat dan itu lebih dari cukup yang saya dapatkan. Pada awalnya di dunia ini saya kurang mengerti apa maksud dan tujuan lembaga ini dan tahu-tahu di kantor ini ada sebuah kegiatan dan semua orang pergi kelapangan untuk mengadakan acara dan hanya saya sendiri yang menunggu kantor dan apabila mereka sudah pulang maka saya lihat kegiatan semakin banyak dan banyak hasil yang harus dibuat, dari mulai mengetik, menyalin kembali, poto-poto dan rekaman di ketik ulang sebagai bukti ada yang berbicara dan saya lihat bendaharanya sibuk membuat laporan keuangan beserta bukti-buktinya dan untuk mengeluarkan uang belanjar makan siang saya harus menanda tangani atas uang yang telah dikeluarkan dan sebagai bukti bahwa uang tersebut digunakan dengan benar dan ada buktinya. Disana peran kita pada waktu semua sedang sibuk saya hanya melihat-melihat saja dari belakang dari apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka tulis, bila ada kesempatan saya sekalian ikut belajar dan memperhatikan apa yang telah dilakukan. Bila pada waktu hari libur hari sabtu dan minggu saya sering belajar komputer sendiri mengulang kembali dari apa yang pernah saya lihat dan apabila ada yang saya tidak ketahui maka saya maka saya akan bertanya langsung kepada kakak-kakak yang lain bagaimana cara melakukan ini agar bisa.
Di Ama-bengkulu lama kelamaan di dalam belajar computer saya juga bisa perlahan-lahan diajarkan oleh kakak-kakak disana ada kak Hadianto kamal, Pipian Subirto, Zulmi, Jhon Heri, Ayuk Messy , ayuk Titin, Ayuk Ami, Nazarudin dan Kak Erwin. Di Ama-Bengkulu saya sebanarnya kurang berani memakai computer dikarenakan takut rusak dan ada data yang hilang akan tetapi saya selalu melihat terlebih dahulu apa yang telah dikerjakan yang lain, setalah itu saya meniru dan prakteknya secara langsung.
Dari sinilah saya belajar berorganisasi, bagaimana peran yang bisa dilakukan setiap orang sesuai dengan kemampuannya sendiri, ternyata belajar ini penuh dengan tahap-tahapan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau yang kita bayangkan dan semua itu harus ditekuni atau dimulai dari bawah. Di AMA-Bengkulu setiap orang mempunyai tugas masing-masing, disana ada Pelaksana Harian Ama-Bengkulu Pak Sekretaris Jenderal (Sekjen), Bendahara, Deputi, Managemen Program, Data Base, Coordinator Organizasi, dan Kepala Kantor.
Di Ama-Bengkulu ini saya banyak belajar dan mendapatkan pelajaran yang tidak pernah saya dapatkan selama perjalanan hidupku di Kota Lubuklinggau, di sana tugas yang diberikan Pak Sekjen (Erwin S Basrin) kepada saya sebenarnya begitu berat karena segala yang berurusan dengan kantor kita yang mengaturnya, mulai dari bersih-bersih, mengatur biaya pengeluaran logistic kantor, menyimpan barang berupa data-data, kamera, handy cam, kunci dll. Dan juga menerima surat masuk pada waktu-waktu tidak menentu harinya. Terkadang pada hari sabtu dan minggu banyak juga surat yang masuk atau ada kiriman paket dari lembaga-lembaga lain. Pengiriman tersebut yang selama ini saya terima lewat POS dan TIKI.
Selama di Ama-Bengkulu sebenarnya semua orang diberikan kesempatan belajar untuk bisa seperti apa yang telah dilakukan dan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan yang ditangkap. Di Ama-bengkulu juga sering di adakan rapat mengenai dari dalam tubuh Ama-Bengkulu itu sendiri dan keluarnya juga. Biasanya bila ada rapat maka akan ada banyak program yang akan dilakukan dan dikerjakan di beberapa daerah. Ama-Bengkulu sebenarnya mempunyai 25 komunitas adat dan semua itu ada yang mewakilinya semua, disamping itu di Ama-bengkulu juga ada Pelaksana Wilayah (PW), dan ada juga Dewan Adatnya juga.
Selama di Ama-Bengkulu kasus-kasus yang telah dikerjakan oleh Ama-Bengkulu dan Akar Foundation yaitu membantu penyelesaian kasus tapal batas antara lebong dan Bengkulu utara dan selanjut kasus PT Bumi Mega Sentosa (BMS) Padang Ulak Tanding kebupaten Rejang Lebong. Kasus ini berawal tanah rakyat akan dijadikan sebagai tranmigrasi dan pelaksanaan tersebut ditolak oleh masyarakat dan kasus Tranmigrasi ini juga banyak melibatkan Ngo yang lain seperti Walhi, Kalam, F_Perjuangan Masyarakat adat Lembak dan beberapa elemen aktivis yang terlibat langsung dalam memsuport kasus tranmingrasi ini. Pada akhir kasus tranmingrasi ini berhasil ti tolah dan izin pengelolaan PT BMS tidak jadi dilaksanakan dan masyarakat kota padang bisa menikmati hasil panennya dengan tenang dan tidak perlu lagi meresa di rugikan.
O ya untuk sekarang ini mengenai keluarga saya sebenarnya kami hanya 4 saudara akan tetapi lelaki semua. Untuk kini kakak saya yang paling tua Namanya Sanca Firdaus, sudah merid dan mempunyai putri satu sedangkan saya masih bekerja di LSM AKar Bengkulu dan adik saya yang nomor tiga namanya Randi Satria untuk sekarang ini sedang melakukan kursus membengkel di Kota Palembang dan yang paling kecil, nomor empat namanya Dalung Putra, untuk saat ini sedang melanjutkan kuliah di STIE di kota lubuklinggau dan mengenai saya sendiri untuk sekarang ini saya masih bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) Akar Foundation, sebagai Communiti Organization.
ini adalah cerita pribadi saya yang sengaja saya tulis untuk mengetahui perjalanan hidup yang telah saya lalui dan yang telah saya tempuh dalam bertahun-tahun ini dan kalau saya pikir-pikir bahwa umur kita sebenarnya tidak bertambah dan selalu berkurang setiap tahunnya dan bagaimana baiknya kita menggunakan umur ini dengan sebaik-baik mungkin.
Di kelurahan Petanang ini saya disekolahkan oleh kedua orang tua saya dari kelas 1 SD (Sekolah Dasar) sampai kelas 2 SD, kemudian dilanjutkan pindah sekolah di daerah ibu saya namanya desa Noman, Muara Rupit. Disana kehidupannya tidak jauh berbeda dari kehidupan yang ada di Lubuklinggau akan tetapi hanya berbeda bahasa saja. Tak lama kemudian hanya 1 tahun saya di desa noman setelah itu kami pindah lagi ke Lubuklinggau Desa Petanang, dari sinilah saya meneruskan sekolah saya hingga menyelesai tamat Sekolah Dasar Negeri 2 Lubuklinggau Barat.
Dari tamat sekolah dasar ini saya belum memilih sekolah yang mana harus saya jalani dan terserah apa mau orang tua, sehingga orang tua saya memutuskan untuk di sekolahkan di Pondok pesantren saja, harapan besar telah ditumpuhkan kepada saya, untuk bisa menjadi anak yang patuh kepada orang tua dan dari ilmu tersebut bisa diajarkan kepada adik-adik saya sehingga bisa dikatakan ilmu yang bermanfaat.
Di Asrama saya tinggal dari kelas 1 MTS hingga sampai kelulusan di Sekolah ini, kehidupan di asrama banyak sekali tantangan dan pengelaman saya mengenai kehidupan bersama teman-teman perantau yang sama-sama mencari ilmu. Di asrama sebenarnya aturan-aturan sangatlah ketat dan apabila aturan tersebut dilanggar maka hukuman telah menantikan kita. Sebenarnya disana jadwal telah disediakan atau telah ditempel didinding-dinding ruangan sehingga santri-santri yang lain bisa melihat dan memahami dari apa aturan yang telah dibuat oleh Pimpinan Pondok. O ya dipondok ini dipimpin oleh Pimpinan Pondok namanya Ustadz Sultoni, Ibu Zubaidah, ayah H. Kemas Hanan dan beserta jajarannya yang berasal dari jawa.
Tinggal diasrama banyak sekali mengisahkan kisah sedih ataupun duka yang terjadi pada diri kita, disana kita tidur dari jam 11 atau 12 malam dan bangunnya jam 4 pagi, dari jam 4 pagi semua santri haruslah bangun shubuh untuk mempersiapkan diri untuk menunai ibadah sholat shubuh. setelah sholah shubuh selesai maka dilanjutkan belajar membaca Al-qur’an yang dimulai dari belajar iqro’ sampai belajar Tafsif, bila siang harinya digunakan untuk belajar sekolah, atau Madrasah Tsanawiyah dan juga Aliayah. Di Pon-pes ini santri-santrinya terbagi menjadi 4 kelompok,
- Kelompok pertama adalah Kelompok A yaitu kelompok santri-santri yang belajar Tafsir dan sudah kelas atas
- Kelompok kedua adalah kelompok B yaitu kelompok santri-santri yang belajar Seni Baca Al-qur’an dan belajar tafsirnya juga
- Kelompok ketiga adalah kelompok C yaitu kelompok santri-santri yang baru memulai belajar membaca Al-qur’an beserta Tajwidnya
- Kelompok keempat adalah kelompok D yaitu kelompok santri-santri yang baru mengenal Huruf Al-qur’an atau Hija’yah dan ia baru dikenalkan dengan Iqro’ beserta tajwidnya juga.
Ini adalah cerita pengelaman pribadi saya selama ada di Pondok-pesantren Ittihadul Ulum (Gudang Ilmu) dan diatas adalah jadwal pengajianya saya, lalu selain itu juga kami belajar pendidikan Diniah yaitu pendidikan agama islam dari mulai jam 8.30 hingga sampai jam 11 siang dan ini setiap hari dilakukan selain hari minggu karena hari minggu digunakan untuk istirahat dan kebersihan. Adapun Pelajaran yang telah diajarkan kepada kami yaitu Ilmu tajwid, Qur’an Hadits, Aqidah akhlak, Buhuhul Marom, Tafsir Jalalen, Fiqih, dll.
Disana waktu sangatlah terjaga karena waktu sudah dibatasin dan aturan sudah ditetapkan sebelum kami ada di sana dan bila pagi harinya kita semua mengambil nasi sesuai dengan porsi dan jatah yang ada misalnya nasinya hanya 1 mangkok/piring maka yang lain akan mendapatkan 1 mangkok/piring juga, dan sayurnya juga begitu. Kalau kita bandingkan dengan dirumah jauh sekali dengan masakan ibu kita dirumah karena enak, sedangkan masakan disana terkadang asing, terkadang tawar. O ya untuk menu sarapan dipagi harinya biasanya adalah nasi goreng + satu kerupuk dan itu terus menerus dan sekali-sekali mie juga dan bila siang harinya menu ini juga tidak teratur, terkadang sayur kubis, labu siam, sawih, kacang dan lain sebagainya,l pokoknya semua itu mengandung sayur-sayuran. dan bila sore harinya untuk makan malam biasanya ini sedikit enak-enak juga menunya terkadang, sambel tempe, tahu, ikan asing, telur dan sekali-sekali daging juga. O ya kami santri disana sering juga diundang juga oleh sebagian orang yang hajatan ataupun acara pernikahan, sedekahan, yasinan, tadarusan dll. Menurut orang yang telah mengudangkan kami atau pon-pes tempat kami belajar bahwa do’a yang dipajatkan dan keinginan yang belum tercapat maka cepat tercapat dengan kata istilah do’a santri mudah terkabulkan.
Di pon-pes ini saya mempunyai pengelaman yang tak kan pernah terlupakan adalah pada waktu sebelum sholat subuh dan hampir semua orang kesiangan bangun pagi dan kami semua di sebat/dipukul pakai sebilah kayu rotan oleh bapak dan ibu pimpinan kami di asrama, meskipun kayu rotanya adalah kecil dan rasanya sangat menyakitkan dan juga menimbulkan bakat sebentar dikaki dan spontan semuanya terbangun dari tidur dan bergegas mengambil air wudhu untuk pergi ke Mushollah untuk menunaikan ibadah sholat Subuh dan bila malam harinya kami semua santri belajar bersama yaitu ilmu hadist, tafsir dan riwayat-riwat hadist tentang cerita perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga menjadi contoh buat kita semua.
Setelah selesai menempuh pendidikan menengah pertama atau MTs, saya selanjutnya tidak lagi tinggal di Asrama dan saya melanjutkan SMA yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota lubuklinggau (MAN I) yang sekarang ini menjadi MAN Model sebagai sekolah percontohan dan jarak sekolahan ini tidak jauh dari rumah nenek saya hanya berjalan kaki saja dan sehingga kalau hitung-hitung penghematan biaya juga terutama ongkos pulang pergi untuk menuju sekolah MAN I dan Dirumah bersama keluarga, ada nenek, mamang, bibik, dan adik saya juga. Tahun pertama masuk sekolah MAN 1 lubuklinggau saya juga ikut organisasi Rohis, Teater dll, kami juga sering mengadakan namanya Tafakur Alam dan jalan-jalan bersama teman-teman untuk melihat kawasan wisata kota lubuklinggau. Mengikuti teater seni ternyata sangatlah menyenangkan sekali karena disana semua peran diperagakan dan dipraktek secara langsung dan tidak boleh ragu-ragu untuk bisa tampil yang lebih maximal. Di dalam teater ini ada juga seni vokal dan suara kita harus diuji terlebih dahulu dan kami sebagai murid baru di ajak oleh Pak Martue untuk bisa mengeluarkan suara atau untuk mendapatkan vokal yang hidup misalnya menyebut huruf vokal A, I, U, E , O dan menyebut huruf ini haruslah berulang-ulang sambil berteriak-teriak di tempat air terterjun di kawasan Wisata Watervang kota Lubuklinggau.
Dalam pendidikan baru itu hanya ada 2 semester untuk bisa naik ke kelas 2 nya. dalam satu semester nilai saya hanya mencapai standar saja akan tetapi masih masuk termasuk 10 besar juga, walaupun sedikit bodoh dari yang pinter-pinter. Memasukin semester ke 2 adalah kenaikan kelas 1 untuk bisa naik ke kelas tiga dan pada waktu itu nilai saya sangat memuaskan sekali hanya mendapat rengking 3 dari 10 besar. Memasuki ajaran baru, lokal baru, teman-teman juga baru kami di bagi beberapa kelas dan kami mendapat kelas yang pertama yaitu kelas 2 1 kalau kemaren kelas 1 nya mendapat lokal/ruangan kelas 1. 3 dan sekarang adalah lokal awal. Dari kelas 2.1 ini semua siswa harus bersaing untuk mendapatkan peringkat yang lebih baik atau yang berhasil karena di kelas 2.1 ini persaingnya sudah Nampak untuk bisa mendapat nilai yang maxsimal dan hasilnya yang diharapkan, dalam semester pertama nilaiku meningkat sekitar 10 angka dari kelas 1 yang kemaren akan tetapi rengking kita hampir standar di atas 10 keatas dan ini menjadi pelajaran bagi saya untuk bisa giat kembali belajar. Sebanarnya kelas 2 1 ini adalah tempat-tempat siswa-siswa yang mendapat peringkat atau rengking dari 1 sampai 3 yang sudah dipilih oleh wakil kepala sekolah dan otomatis persaingan untuk bisa mencapai nilai yang tinggi harus berusaha dan berjuang keras. Semester pertama telah menjadi pelajaran bagi diriku untuk bisa lebih giat lagi didalam belajar untuk bisa naik ke kelas 3. Memasuki semester genap dan akan ada penaikan kelas dan hasil nilai saya juga naik akan tetapi rengking 20-an ke atas dan ini membuat diriku pasrah saja dan berpikir saya kurang belajar dan kurang memahami pelajaran tersebut dan pada waktu itu nilai saya yang jatuh pada mata pelajaran bahasa inggris dan mematika karena di dalam bidang pelajaran tersebut di otak saya kurang menangkap dan pada akhirnya sampai sekarang masih menghantui didalam pikiran saya. Dari kelas 1 sampai ke kelas 2 dan pada akhirnya naik juga ke kelas 3 MAN I Lubuklinggau, Akan tetapi dari kenaikan kelas ini, naik ke kelas 3 nya semua di seleksi untuk memilih jurusan yang mana yang akan diambil. Saya tak mau ambil pusing dan menentukan pilihan memilih jurusan IPS saja karena kalau mau masuk IPA kemampuanku terbatas, karena lemah didalam berhitung. Kami seluruh kelas 3, bagi IPS itu semua orang-orang atau siswa-siswi dipilih dan sudah dikelompokkan oleh pengurus sekolah dan disana sudah dijelaskan bahwa di dalam setiap kelas harus dimasukkan orang yang sedikit pintar-pintar karena ini akan menjadi daya saing antar kelas. Kami siswa yang kelas 3 hanya mempunyai 5 lokal diantaranya 1 untuk kelas IPA dan 4 untuk kelas IPS dan untuk kelas IPS ini telah diatur oleh kepengurusan sekolah nama-nama siapa saja yang akan dimasukan ke kelas IPS 1,2,3 dan 4. Pada akhirnya saya masuk ke kelas IPS 3 dan di kelas ini saya juga menemukan teman yang pernah 1 kelas dengan saya baik itu dari kelas 1 maupun kelas 2. kelas 3 dan lokal baru jadi kepengurusan baru, maka kami memilih siapa saja yang akan menjadi ketua kelasnya atau siapa saja yang sanggup, maka disana dipilihlah beberapa teman saya untuk bisa menjadi pngurus kelas dan orang-orangnya dipilih badannya sedikit besar agar sedikit disegani atau ditakuti.
Di kelas 3 ini saya memutuskan untuk pulang kerumah dan tidak lagi tinggal dirumah nenek karena saya berpikir ingin mencoba bagaimana sekolah kalau dari rumah saja dan bisa membantu orang tua walau hanya ada waktu sedikit. Di kelas 3 ini saya coba bekerja keras agar tidak tergantung dengan orang tau maka sehabis pulang sekolah sekitar jam 3 sore saya sampai dirumah dan istirahat 1 jam kemudian saya langsung pergi kekebun untuk menyadap karet yang tempatnya tidak jauh dari pemukiman hanya di tempuh 10 menit perjalanan dengan berjalan kaki. O ya di dalam menyadap karet/motong karet ini sudah saya tenuni sejak kelas 4 SD. Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan oleh orang tua saya bagaimana cara menyadap karet dan belajar mencetaknya juga supaya menjadi petak dan bisa menghasilkan uang. Dialam menyadap karet ini sebanarnya keberanian saya pada waktu mengejakan/menyadap karet sendirian di kebun dimulai sejak kelas 5 SD karena dari sana saya sudah mulai melakukan keberania di hutan sendirian dan itu lama-kelamaan membuat saya berani dan tidak perlu lagi ditemani oleh orang tua. Di dalam menyadap karet ini sebenarnya hampir Setiap hari saya melakukan itu untuk bisa meringankan beban biaya yang dikeluarkan orang tua saya dan dari hasil karet tersebut saya gunakan untuk ongkos sekolah saja dan apabila ada pembayaran SPP atau pun pembayaran buku maka saya hanya bisa minta uang kepada orang tua untuk bisa menambah melunasi pembayaran yang kurang dari pembayaran tersebut. Mengenai sifat Saya, orangnya tidak pernah meminta apapun kepada orang tua apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak, apapun yang orang tua berikan kepada saya, saya terima saja dan apabila ia bilang ini cukup apa tidak dan saya jawab ini sudah cukup, padahal sebenarnya ini masih kurang sedikit dan saya sebenarnya masih mempunyai 2 (dua) orang adek yang masih sekolah, dan yang paling kecil kelas 6 SD dan yang no 3 masih MTS sekolah di Pondek Pesantren Lukmanul Hakim yang ada di Kelurahan Petanang Ilir Kecamatan Lubuklinggau Utara I dan ia semua butuh biaya dari orang tua dan sifat mereka sedikit berbeda dengan saya karena apabila ada kemauan tak bisa/dapat ditahankan lagi, dan mereka juga merepotkan orang tua sebenarnya, saya selaku kakak mencoba selalu menasehati dan memberikan jalan agar tidak selalu memojokkan orang tua apabila ada kemauan dan itu perlahan-lahan bisa diterima oleh mereka.
Di rumah ini konsentrasi belajar saya kurang maximal karena disibukkan dengan kerjaan dikebun disore harinya dan bila malam hari biasanya saya gabung dengan teman-teman hingga sampai jam 12-an. Karena sering pulang malam orang tua saya bilang, Nak,, jangan lupa belajarnya nanti tidak lulus. Dari sini harapan orang tua sangatlah besar terhadap anaknya untuk bisa lulus tamat SMA dan saya juga berusaha semaximal mungkin untuk bisa menyenangi orang tua dan di kelas tiga ini orang tua saya juga bernazar, apabila anaknya nanti lulus maka ia semburkan beras sama kunyut di tanah sebagai pelepas beban yang orang tua tanggung selama ini dan juga bersyukur atas kelulusan saya. Dalam semester pertama dikelas 3 IPS 3 nilai yang saya hasilkan ternyata memuaskan dan membuahkan hasil juga walau hanya masuk 10 besar dari 40 siswa dan orang tua sedikt bangga juga melihat hasil tersebut walaupun anaknya ini jarang belajar. Memasuki semester kenaikan dan orang tua saya menyuruh agar tetap di rumah nenek saja agar konsentrasi belajar difokuskan, akan tetapi saya masih dirumah dan melakukan kebiasaan sehabis pulang sekolah yaitu menyadap karet. Kerjaan ini saya hentikan 1 bulan sebelum ujian nasional dilakukan dan saya tinggal lagi di tempat nenek untuk bisa belajar dan lulus dalam ujian dan ini menentukan masa depan dan harapan orang tua terhadap anaknya. Dalam ujian tersebut untuk IPS nya itu hanya Bahasa indonesia, Bahasa inggris dan ekonomi dan hasil ujian tersebut ternyata kita dinyatakan lulus kerena telah melewati target nilai standar Ujian Nasional, akan tetapi kalau melihat nilai yang ada di buku rapot kita masih bertahan di dalam 10 besar walau hanya rengking 8.
Dari lulus sekolah ini ada sebuah kebingunan dan kebimbangan karena banyak semua teman-teman untuk meneruskan keperguruan tinggi (kuliah), Kursus computer dan banyak juga yang tes untuk bisa menjadi Polisi dan tentara. Semua teman-teman sudah merencanakan sedangkan saya belum menentukan jalan yang mana yang akan dituju. Pada malam harinya semua keluarga berkumpul semua, ada bapak, ibu, kakak, dan adik-adik sambil nonton tv bersama dan disana lah saya utarakan keinginan diriku kepada orang tua yaitu untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi lagi dan apila disetujui maka saya akan mengambil di bidang keagamaan Perguruan STAIN Curup atau di STAIS kota Lubuklinggau saja. Setelah selesai mengutarakan maksud saya maka orang tua saya menjawab dalam tahun ini belum bisa untuk kuliah karena sekarang ini adik-adik saya masih butuh biaya untuk sekolah dan orang tua juga meminta tolong untuk membantu adik-adik saya juga agar bisa lulus sekolah dan tahun depan saya bisa mengenyam/melanjutkan keperguruan tinggi apa yang telah saya inginkan. Dari penjelasan orang tua saya tadi sebenarnya sedikit terdapat kekecewa terhadap orang tua yang belum bisa mendukung anaknya untuk bisa mengenyam pendidikan perguruan tinggi, dan dari itu orang tua dan saya memberikan jalan kepada adik-adik saya agar sekolah dengan baik-baik dan jangan suka bolos ataupun berbohong karena kalau disekolahan kita sering mengikuti jejak teman, kalau mau bolos kita juga ikut bolos dan akibatnya akan patal dan orang tua akan dipanggil dan menghadap guru agar supaya kejadian tersebut jangan sampai terjadi.
Dari tamat sekolah ini saya mencoba untuk mencari kerja dan itu saya dapatkan karena diajak oleh teman saya untuk bekerja di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari kota lubuklinggau. Bekerja di rumah makan ini waktu saya tak panjang/betah karena hanya 2 bulan saja, karena disana saya tidak tahan ataupun kerasan terhadap yang punya rumah makan tersebut, dan saya sebenarnya butuh kebebesan maka dari itu saya pamit dan ingin pulang dan mau mencari kerjaan lain saja dan itu diterima ibu yang mempunyai rumah makan tersebut. Hampir 1 bulan saya di rumah dan membantu orang tua saya maka saya kerumah nenek dan mamang dan mereka memberikan peluang jalan usaha yang sudah lama tidak dijadikan/dikerjakan selama ini kepada saya untuk mengelola Lahan sawah yang ada diRawa namanya sungai limau untuk bisa dijadikan sawah. Sawah yang berada di rawa tersebut sudah lama tidak dijadikan hampir 17 tahun lamanya dan ini tantangan bagi saya. Nenek saya bilang bahwa sebenarnya lahan yang ada sekarang ini adalah bagian kalian dan sudah diberikan kepada orang tua saya akan tetapi orang tua saya tidak bisa mengelola sawah tersebut di karenakan orang tua saya tidak bisa bertani sawah, dari penjelsan nenek tersebut saya baru mengetahuinya, maka untuk sekarang saya mulai mengelola sawah tersebut dari mulai yang paling awal, dari menebas, mengatur air dan membuat petaknya dan ini menjadi tantangn bagi saya karena banyak sekali ular-ular yang keluar dari semak belukar pada waktu mencetak kembali lahan ini untuk dijadikan sawah kembali.
Didalam membuat petak atau pematang ini waktu yang telah habis terpakai lebih kurang 4 bulan lamanya karena sawah ini adalah termasuk rawa-rawa juga dan masih banyak gambutnya. Menurut wawak, mamang dan yang lainnya kalau ada gambut di dalam pematang tersebut jangan dibuang dan gambut-gambut tersebut lama-lama akan lapuk dan menjadi pupuk.
Setelah proses pembuatan pematang selesai maka saya melakukan pembibitan padi untuk disemai, padi yang saya pilih adalah bibit padi serang, kebanyakan kata orang jenis padi ini sangat bagus dan tahan juga untuk daerah rawa. Maka awal pembukaan lahan ini saya semaikan bibit padi 1 kaleng lebih sedikit untuk ditanam. Dalam bertani menyemaikan padi pertama padi harus di jemur terlebih dahulu, dan ditampi kembali agar menghasilkan bibit yang benas/berisi, setelah itu maka bibit padi ini di rendam di air selama 1 malam lalu diangkat dikeringkan selam 1 hari, 1 malam dengan maksud agar ada Nampak mata padi/bintiknya yang keluar setelah itu baru disemaikan. Dari semaian tersebut bibit padi supaya bisa ditanam harus berumur diatas lebih kurang 20 keatas agar sedikit tua dan tidak mudah terserang penyakit. Sebelum bibit padi ini ditanam terlebih dahulu padi tersebut harus di semprot pakai Decis (bayer), Baycap terlebih dahulu agar tidak mudah diserang penyakit seperti ulat atau belalang.
Proses penanaman padi dilakukan selama 5 hari berturut-turut karena dikerjakan secara kekeluargaan, disana ada ibu, nenek, bibik, mamang, kakak, dan adik-adik yang ikut membantu dalam penanaman padi dan ini saling membatu sebab sawahnya berdekatan dengan kita. Pada waktu penanaman padi semua air dimatikan dan tidak boleh dimasukan air kedalam sawah, maka dalam waktu 5 hari atau 1 minggu barulah air bisa dimasukkan untuk bisa menghidupkan kembali tananam padi yang sudah ditanam. Dalam mengatur air ini terkadang air dimasukkan dan dikeringkan kembali selama 4 atau 5 hari dikarenakan fungsi pengeringan tersebut untuk membiarkan atau mengembangkan anak-anak bibit padi agar membiak walaupun bibit padi tersebut kita tanam hanya 2 atau 3 rumpun kemudian bisa menjadi 7 atau 8 rumpun.
Pada waktu bibit padi berumur sekitar 25-an keatas maka padi sudah waktunya untuk dipupuk dan disemprot agar ia mendapatkan makanan untuk kesuburan dan pembuahan dari hasil pupuk yang diberikan. Bertani sawah sebenarnya kita harus rajin untuk merawatnya terutama membuat rumput agar tidak tumbuh yang ada di dalam sawah ataupun di pematang sawah agar tidak mengganggu pembuahan padi dan agar hasilnya mendapat yang lebih baik. Kata orang bila bertani padi pada umur 100 hari, padi akan mulai menampakkan buahnya dan mendekati 4 bulan baru tanaman padi bisa dipanenkan. Lebih kurang pas 4 bulan padi yang kami tanam membuahkan hasil dan hanya bisa mencukupi untuk beberapa bulan dan sampai kepenaman berikutnya.
Pada bulan berikutnya saya melanjutkan kembali bersawah padi dan menggunakan bibit padi Mikongga, yang kami ambil dari dinas pertanian yang ada di Mirasi, konon katanya bibit ini bagus maka kami juga mencoba bibit tersebut untuk kami tanam dan ternyata hasilnya tidak jauh dari bibit padi yang sudah ditanam yang selama ini.
Tak lama kemudian dari bertani sawah saya pergi kebengkulu bersama Arif (Candra) dan Regen untuk mencari pengelaman yang lain dan sesampai di Bengkulu saya dan Regen (Nage) menuju satu Arah yaitu Daerah Penurunan sedangkan Arif menuju Rawa Makmur karena kembali ke kosannya dan untuk melanjutkan kuliahnya di UNIB jurusan pertanian. Sesampai di Rumah saya tidak menyangka rumah yang kami tempati ini digunakan untuk kantor namanya ALIANSI MASYARAKAT ADAT BENGKULU (AMA-Bengkulu) dan disana saya berkenalan dengan kakak-kakak yang lain yang bekerja di Ama-Bengkulu. Di Bengkulu pada awal sebenarnya hanya main dan jalan-jalan saja bersama Regen dan Arif akan tetapi bila ada kerjaan saya bisa bekerja juga. Di kantor Ama-Bengkulu ini saya hanya menginap 2 malam dan saya pergi ke Tempat kosan Arif dan nginap disana dan baru 2 hari ditempat Arif kebetulan arif ada kerjaan dan pulang ke lubuklinggau dan akan kembali selama 1 minggu dan otomatis saya sendirian disini, dan saya juga diberi amanat untuk bisa menjaga kosan dan barang-barangnya dan itu saya jalani selama Ia belum pulang kebengkulu lagi. Pada waktu ia kembali lagi kebengkulu dan saya juga mohon pamit untuk kembali lagi ke lubuklinggau lagi dan melanjutkan kerjaan seperti biasa dan membantu orang tua di kebun.
Beberapa bulan kemudian saudara regen pulang ke lubuklinggau dan tidak ingin lagi bekerja dibengkulu maka sebagai penggantinya adalah saya untuk bisa melanjutkan kerjaan saudara Regen. Maka saya diterima kerja di AMA-Bengkulu yang dipimpin oleh SEKJEN AMA-Bengkulu yaitu Bapak Erwin. S Basrin dan bertemu juga dengan Bapak Nazarudin yang sama-sama berasal dari lembak juga dan banyak bercerita juga bagaimana sebelum bekerja di Ama-Bengkulu setelah itu disuruh langsung menghadap bendahara yaitu Ayuk Messy selaku keuangan Ama-bengkulu dan disana saya dijelaskan secara detil-detilnya mengenai kerjaan di Ama-bengkulu. Di Ama-Bengkulu saya belajar dari yang awal atau dari yang NOL sama sekali tidak tahu hingga sampai tahu. Di Ama-Bengkulu ini ternyata juga ada Lembaga Akar yang Didirikan Oleh Bapak Erwin S Basrin dan Bapak Pipian Subirto. Di Kantor AMA-Bengkulu ini saya banyak mendapat pelajaran yang banyak dari kakak-kakak yang ada di AMA-Bengkulu, pengelaman yang berharga telah saya dapatkan dari kakak-kakak yang lain, dari memegang sapu, kuali, membuat kopi, belajar computer dan dikirimkan kelapangan untuk belajar bagaimana kehidupan masyarakat yang kita lihat dan itu lebih dari cukup yang saya dapatkan. Pada awalnya di dunia ini saya kurang mengerti apa maksud dan tujuan lembaga ini dan tahu-tahu di kantor ini ada sebuah kegiatan dan semua orang pergi kelapangan untuk mengadakan acara dan hanya saya sendiri yang menunggu kantor dan apabila mereka sudah pulang maka saya lihat kegiatan semakin banyak dan banyak hasil yang harus dibuat, dari mulai mengetik, menyalin kembali, poto-poto dan rekaman di ketik ulang sebagai bukti ada yang berbicara dan saya lihat bendaharanya sibuk membuat laporan keuangan beserta bukti-buktinya dan untuk mengeluarkan uang belanjar makan siang saya harus menanda tangani atas uang yang telah dikeluarkan dan sebagai bukti bahwa uang tersebut digunakan dengan benar dan ada buktinya. Disana peran kita pada waktu semua sedang sibuk saya hanya melihat-melihat saja dari belakang dari apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka tulis, bila ada kesempatan saya sekalian ikut belajar dan memperhatikan apa yang telah dilakukan. Bila pada waktu hari libur hari sabtu dan minggu saya sering belajar komputer sendiri mengulang kembali dari apa yang pernah saya lihat dan apabila ada yang saya tidak ketahui maka saya maka saya akan bertanya langsung kepada kakak-kakak yang lain bagaimana cara melakukan ini agar bisa.
Di Ama-bengkulu lama kelamaan di dalam belajar computer saya juga bisa perlahan-lahan diajarkan oleh kakak-kakak disana ada kak Hadianto kamal, Pipian Subirto, Zulmi, Jhon Heri, Ayuk Messy , ayuk Titin, Ayuk Ami, Nazarudin dan Kak Erwin. Di Ama-Bengkulu saya sebanarnya kurang berani memakai computer dikarenakan takut rusak dan ada data yang hilang akan tetapi saya selalu melihat terlebih dahulu apa yang telah dikerjakan yang lain, setalah itu saya meniru dan prakteknya secara langsung.
Dari sinilah saya belajar berorganisasi, bagaimana peran yang bisa dilakukan setiap orang sesuai dengan kemampuannya sendiri, ternyata belajar ini penuh dengan tahap-tahapan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau yang kita bayangkan dan semua itu harus ditekuni atau dimulai dari bawah. Di AMA-Bengkulu setiap orang mempunyai tugas masing-masing, disana ada Pelaksana Harian Ama-Bengkulu Pak Sekretaris Jenderal (Sekjen), Bendahara, Deputi, Managemen Program, Data Base, Coordinator Organizasi, dan Kepala Kantor.
Di Ama-Bengkulu ini saya banyak belajar dan mendapatkan pelajaran yang tidak pernah saya dapatkan selama perjalanan hidupku di Kota Lubuklinggau, di sana tugas yang diberikan Pak Sekjen (Erwin S Basrin) kepada saya sebenarnya begitu berat karena segala yang berurusan dengan kantor kita yang mengaturnya, mulai dari bersih-bersih, mengatur biaya pengeluaran logistic kantor, menyimpan barang berupa data-data, kamera, handy cam, kunci dll. Dan juga menerima surat masuk pada waktu-waktu tidak menentu harinya. Terkadang pada hari sabtu dan minggu banyak juga surat yang masuk atau ada kiriman paket dari lembaga-lembaga lain. Pengiriman tersebut yang selama ini saya terima lewat POS dan TIKI.
Selama di Ama-Bengkulu sebenarnya semua orang diberikan kesempatan belajar untuk bisa seperti apa yang telah dilakukan dan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan yang ditangkap. Di Ama-bengkulu juga sering di adakan rapat mengenai dari dalam tubuh Ama-Bengkulu itu sendiri dan keluarnya juga. Biasanya bila ada rapat maka akan ada banyak program yang akan dilakukan dan dikerjakan di beberapa daerah. Ama-Bengkulu sebenarnya mempunyai 25 komunitas adat dan semua itu ada yang mewakilinya semua, disamping itu di Ama-bengkulu juga ada Pelaksana Wilayah (PW), dan ada juga Dewan Adatnya juga.
Selama di Ama-Bengkulu kasus-kasus yang telah dikerjakan oleh Ama-Bengkulu dan Akar Foundation yaitu membantu penyelesaian kasus tapal batas antara lebong dan Bengkulu utara dan selanjut kasus PT Bumi Mega Sentosa (BMS) Padang Ulak Tanding kebupaten Rejang Lebong. Kasus ini berawal tanah rakyat akan dijadikan sebagai tranmigrasi dan pelaksanaan tersebut ditolak oleh masyarakat dan kasus Tranmigrasi ini juga banyak melibatkan Ngo yang lain seperti Walhi, Kalam, F_Perjuangan Masyarakat adat Lembak dan beberapa elemen aktivis yang terlibat langsung dalam memsuport kasus tranmingrasi ini. Pada akhir kasus tranmingrasi ini berhasil ti tolah dan izin pengelolaan PT BMS tidak jadi dilaksanakan dan masyarakat kota padang bisa menikmati hasil panennya dengan tenang dan tidak perlu lagi meresa di rugikan.
O ya untuk sekarang ini mengenai keluarga saya sebenarnya kami hanya 4 saudara akan tetapi lelaki semua. Untuk kini kakak saya yang paling tua Namanya Sanca Firdaus, sudah merid dan mempunyai putri satu sedangkan saya masih bekerja di LSM AKar Bengkulu dan adik saya yang nomor tiga namanya Randi Satria untuk sekarang ini sedang melakukan kursus membengkel di Kota Palembang dan yang paling kecil, nomor empat namanya Dalung Putra, untuk saat ini sedang melanjutkan kuliah di STIE di kota lubuklinggau dan mengenai saya sendiri untuk sekarang ini saya masih bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) Akar Foundation, sebagai Communiti Organization.
ini adalah cerita pribadi saya yang sengaja saya tulis untuk mengetahui perjalanan hidup yang telah saya lalui dan yang telah saya tempuh dalam bertahun-tahun ini dan kalau saya pikir-pikir bahwa umur kita sebenarnya tidak bertambah dan selalu berkurang setiap tahunnya dan bagaimana baiknya kita menggunakan umur ini dengan sebaik-baik mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar